Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

<font size=+1 color=#FF0000>TEMPO DOELOE</font> <font size=3> 24 April 1971</font>

19 Maret 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selendang Ibu Negara

LIMA tahun setelah Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia, majalah ini menulis laporan dua halaman tentang istri RI-1, Siti Hartinah yang biasa disapa Ibu Tien. Ketika itu, wartawan Tempo, Toeti Kakiailatu, mendapat akses istimewa melihat langsung berbagai sisi kehidupan Ibu Negara.

Dalam wawancara, Toeti bisa bertanya apa saja kepada Tien, termasuk kebiasaannya mengenakan kaus kaki panjang alias stocking dalam acara kenegaraan. Sambil menyilangkan kedua kaki di atas sofa di kediaman Presiden di Cendana, Jakarta Pusat, Tien menjelaskan, "Sekarang, di rumah, di Istana, semua ber-AC."

Artikel itu secara detail menggambarkan perubahan hidup Tien setelah masuk Istana. Misalnya diceritakan soal tamu Ibu Negara bisa berderet-deret sepanjang hari—bahkan kadang lebih banyak daripada tamu Presiden. Sampai terkadang Soeharto harus makan siang sendiri. Tapi Tien tetap saja seorang istri dan ibu. Toeti menceritakan bagaimana Tien begitu menikmati­ tugas menyiapkan makanan untuk keluarganya, termasuk mengulek sambal kegemaran suaminya.

Suatu waktu, Toeti pernah diajak menemani keluarga Istana ke sebuah pulau kecil di Teluk Jakarta. "Setelah menggelar tikar, satu ajudan mengeluarkan cobek dan ulek-ulek. Ibu Tien langsung duduk dan mengulek sambal," ujar Toeti sambil tertawa. Sambil menyiapkan sambal, Tien akan bercerita apa saja, sementara dua anaknya yang terkecil—Mamiek dan Tommy Soeharto—menggelendot di punggungnya.

Meski sudah lima tahun jadi penghuni Istana Merdeka, penampilan Tien tak berubah jauh. Dia tetap bersahaja. Dalam banyak acara kenegaraan, Tien selalu mengikatkan kedua ujung selendang di pinggulnya. Padahal banyak perempuan jetset masa itu membiarkan kedua ujung selendang mereka melayang jatuh dari bahu.

Toeti memberanikan diri bertanya, "Bu, ada yang mengkritik, Ibu pakai kain selendangnya kok diikat di samping, seperti mbok-mbok di pasar." Jawaban Tien pendek saja, "Yo ben. Begini lebih praktis, kok."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus