Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

<font size=1 color=#FF9900><B>PENGUKUHAN</B></font><br /><font face=arial size=3><B>Dedy Darnaedi, Lasman Partomuan Simanjuntak, Tri Ratnawati</B></font>

17 Oktober 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIGA ilmuwan ini dikukuhkan sebagai profesor riset oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada Selasa pekan lalu. Pengukuhan dipimpin langsung oleh Ketua Majelis Pengukuhan Lukman Hakim, yang juga Kepala LIPI, di Gedung Widya Graha LIPI, Jakarta. Dalam pengukuhan itu, Dedy, peneliti bidang botani, menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Taksonomi dalam Pergeseran Orientasi Nilai dan Manfaat Keanekaragaman Hayati". Partomuan, peneliti kimia organik, membacakan pidato bertajuk "Tumbuhan dan Mikroba Endofit di Indonesia: Potensi Biodiversitas untuk Bahan Obat". Sedangkan Tri, peneliti ilmu politik, menyampaikan orasi berjudul "Otonomi Daerah Era Reformasi dan Urgensi Dekonsentrasi Parsial dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Demokratis".

WAFAT
Hartojo Wignjowijoto

Ekonom senior ini wafat pada usia 75 tahun pada Senin sore pekan lalu. Pria kelahiran Yogyakarta ini meninggal di kediamannya di Jalan Kecapi, Kemang, Jakarta Selatan, setelah pulang dari rumah sakit untuk cek darah. Keesokan harinya, Presiden Direktur Asian Pacific Economic Consultancy Indonesia ini dikebumikan di pemakaman keluarga di Soreang, Kabupaten Bandung. Saat krisis ekonomi 1998, Hartojo pernah mengemukakan gagasan agar nilai tukar dolar dipatok sama dengan satu rupiah. Dia juga menyarankan pemerintah melakukan konversi dolar dengan kontrak masa depan (forward contract) sumber daya alam Indonesia. Ekonom eksentrik jebolan Universitas Harvard ini meninggalkan seorang istri dan tiga anak.

PENGHARGAAN
Jawa Pos dan Kompas

Rabu pekan lalu, surat kabar Jawa Pos meraih penghargaan dari asosiasi penerbit sedunia, World Association of Newspapers and News Publishers. Harian ini menyabet penghargaan World Young Reader Prize­ 2011 untuk kategori Newspaper of the Year dan Enduring Excellence. Penghargaan ini diberikan atas kesuksesan Jawa Pos menggandeng pembaca muda dengan meluncurkan DetEksi, halaman khusus buat anak muda yang terbit sejak Februari 2000. Sedangkan surat kabar Kompas, melalui penerbitan Kompas Muda, memperoleh penghargaan yang sama untuk bidang pub­lic service. Pemberian anugerah itu bertepatan dengan acara World Newspaper Congress ke-63 dan World Editors Forum ke-18 di Reed Messe Wien, Wina, Austria.


"Dulu semua korupsi terkonsolidasi ke Istana, tapi sekarang lahir partai politik yang menjadi mesin korupsi paling ganas."

—Teten Masduki, Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia, Senin pekan lalu, menyindir sepak terjang partai politik yang enggan menyampaikan laporan keuangan kepada publik.

"Jangan kita seperti tidak punya kehormatan dengan bilang tidak ada wilayah kita yang dicaplok."

—Megawati Soekarnoputri, Rabu pekan lalu, mengkritik pernyataan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, yang membantah adanya pencaplokan wilayah Indonesia oleh Malaysia di Kalimantan Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus