Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

<p><B>PENGHARGAAN</B><br /><font face=verdana size=2 color=brown><B>Makarim Wibisono, 60 tahun</B></font>

24 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUTA Besar Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Makarim Wibisono, mendapat anugerah Kesatria Bakti Husada Aditya dari Departemen Kesehatan, Ahad pekan lalu. Makarim dinilai berjasa membantu perun-dingan Indonesia dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) soal transfer sampel virus flu burung.

Makarim berperan aktif dalam memperjuangkan perubahan sistem sharing virus itu, sehingga menjadi lebih adil, transparan, dan setara. Sebelumnya, mekanisme yang dipakai WHO adalah sistem GISN (Global Influenza Surveillance Network). Melalui mekanisme ini, negara pemilik virus diharuskan mengirimkan sampel virus ke laboratorium WHO, tapi tak bisa mengontrol penggunaannya. Akibatnya, tanpa diketahui negara pemilik virus, sampel jatuh ke pabrik farmasi negara maju untuk dikomersialkan.

Makarim bergabung dengan Departemen Luar Negeri sejak 1972. Pria kelahiran Mataram, 8 Mei 1947, yang juga mantan editor majalah berita Ekspres, menjabat duta besar untuk PBB sejak September 2004. Ia juga Ketua Komisi Hak Asasi Manusia PBB, yang dijabatnya sejak 2005.

PENGUKUHAN
Hari Susanto, 52 tahun

LEMBAGA Ilmu Pengetahuan Indonesia mengukuhkan penelitinya, Drs. Hari Susanto MA, menjadi profesor riset. Hari Susanto, yang belakangan berstatus ahli peneliti utama LIPI bidang ekonomi regional, dikukuhkan pada Sabtu pekan lalu.

Lulusan Universitas Victoria Manchester, Inggris, yang telah menggeluti penelitian selama lebih dari 30 tahun ini menyampaikan pidato pengukuhan berjudul ”Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia: Tinjauan Skala Ruang dan Waktu”. Ia mengatakan, kesenjangan ekonomi yang terjadi di Indonesia bisa dijembatani dengan kebijakan yang tidak sentralistis.

Selain sebagai peneliti, Hari menjadi pengajar di sejumlah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Ia banyak terlibat dalam penelitian proyek pemerintah, seperti penyusunan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) III.

Pria kelahiran Madura, 8 Februari 1955, ini juga telah menerbitkan sejumlah buku, antara lain Karakteristik Masyarakat Miskin, yang terbit 1992, dan Dinamika Penanggulangan Masyarakat Miskin, 2006.


”Dana hasil hutan tidak sepantasnya disimpan di bank dan menghasilkan bunga, tapi harus dikembalikan untuk membangun hutan.” —Wakil Presiden Jusuf Kalla, ketika mencanangkan Gerakan Rehabilitasi Hutan di Gunung Kidul, Yogyakarta. Ia meminta agar dana dari pengelolaan hutan, baik pajak maupun dana langsung, digunakan segera untuk rehabilitasi dan reboisasi.

”Tentu tidak arif kalau sudah tidak berbuat tapi senangnya menyalahkan, mencerca kami semua yang bekerja siang dan malam.” —Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam peringatan Hari Ibu di Taman Mini Indonesia Indah, Selasa pekan lalu, menanggapi iklan yang diterbitkan mantan Panglima ABRI Jenderal (Purnawirawan) Wiranto di sejumlah media tentang angka kemiskinan yang mencapai 49 persen di Indonesia.


TEMPO DULU

25 Desember 1989 Mantan Presiden Rumania Nicolae Ceausescu dan istrinya, Elena, dieksekusi mati setelah pengadilan militer membuktikan mereka melakukan kejahatan genosida, meruntuhkan ekonomi nasional, dan melakukan sederet kejahatan lain.

26 Desember 1990 Pemimpin spiritual Iran, Ayatullah Ali Khamenei, menyatakan fatwa mati terhadap Salman Rushdie, penulis buku The Satanic Verses, yang isinya menyerang Islam.

27 Desember 1945 Sebanyak 28 negara meneken kesepakatan mendirikan Bank Dunia (World Bank). WB semula didirikan untuk membangun kembali Eropa pasca-Perang Dunia II. Belakangan, aktivitas WB difokuskan di negara-negara berkembang.

28 Desember 1612 Galileo Galilei menjadi astronom pertama yang mengobservasi Planet Neptunus, meskipun ia salah mengkategorikannya sebagai bintang.

29 Desember 1984 Rajiv Gandhi meneruskan jejak ibunya, Indira Gandhi, sebagai Perdana Menteri India. Rajiv menang dalam pemilihan umum setelah Partai Kongres yang dipimpinnya meraih 80 persen kursi di parlemen.

30 Desember 1965 Ferdinand Marcos menjadi Presiden Filipina. Pada tanggal yang sama tahun 1896, Jose Rizal, pahlawan nasional Filipina, ditembak mati oleh tentara yang didukung militer Spanyol dalam perjuangan merebut kemerdekaan negaranya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus