Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

30 karyawan keluar

Sekitar 30 karyawan tempo menyatakan mengundurkan diri. mereka akan menerbitkan sebuah majalah baru. meski suasana kerja sempat terganggu, tempo terbit seperti biasanya. tempo mengambil hikmahnya.

25 Juli 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SABTU siang 11 Juli 1987, sejumlah warga TEMPO -- sekitar 30 orang hari itu -- menyatakan mengundurkan diri dari organisasi ini. Mendadak, serentak. Seorang dari mereka adalah rekan kami, Syu'bah Asa, yang telah bersama kami sejak awal TEMPO. Juga Eddy Herwanto, yang sudah 10 tahun lebih bersama kami. Tapi dari jumlah yang berhenti itu sebagian besar adalah tenaga baru. Bahkan ada beberapa yang belum lulus pendidikan tingkat awal, hanya tiga bulan bekerja. Pelbagai alasan melandasi tindakan ini. TEMPO, seperti umumnya setiap organisasi, yang tumbuh, rupanya memang sebuah "rumah" yang tak sepenuhnya bisa mengakomodasikan setiap aspirasi dan pendirlan penghuninya yang makin beraneka. Sebagaimana dikemukakan di pelbagai media massa, teman-teman yang pergi merencanakan membuat sebuah penerbitan baru, yang surat izinnya sudak keluar, dengan pemimpin umum Ir. H. Bambang Prakoso Rachmadi dan pemimpin redaksi Bobby Arief Rudyanto, dengan modal grup Panin Bank. Sebagian besar teman-teman yang tetap di TEMPO -- baik yang lama maupun yang baru -- tentu saja kaget atau sedih, atau kecewa mengetahui kejadian itu. Suasana dan pembagian kerja terganggu. Namun, syukur, TEMPO pekan lalu dan pekan ini terbit lengkap dan cepat seperti biasa. Ini tentu berkat kenyataan bahwa yang masih tinggal sebagian besar adalah tenaga yang sudah berpengalaman dan lulus dari pelbagai pendidikan di dalam dan di luar TEMPO. Lebih dari itu: karena kami ingin tetap dengan cita-cita sebuah media yang mandiri. Kami akan terus bekerja, dan mengambil hikmah dari kejadian itu: antara lain, selain memperbaiki hal yang perlu diperbaiki, juga membuktikan bahwa kami, TEMPO, bisa bertahan dari godaan dan cobaan. Tak ada gunanya saling menyalahkan, antara yang pergi dan yang terus. Bukankah Menteri Harmoko pekan lalu dikutip mengatakan, bahwa perpindahan seperti yang terjadi di TEMPO itu merupakan "hak asasi"? Kiranya kita perlu menerima bahwa gerakan berpindah seperti itu makin merupakan hal yang banyak terjadi dalam dunia bisnis di Indoncsia. Hal itu tak dengan sendirinya jelek bahkan sehat, untuk menghidupkan semangat persaingan, tentu saja asal dilakukan dengan aturan yang jelas dan etis, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Yang melipur hati kami juga ialah bahwa pada umumnya hubungan antara mereka yang pergi dan yang tinggal, secara pribadi, tetap baik. Dan pada tingkat yang lebih intim: Farida Sendjaja Herwanto dan Etty Asa, istri Eddy Herwanto dan Syu'bah Asa, meskipun tak kalah kaget dengan kejadian itu, tetap memilih bekerja di TEMPO. Itu berarti bahwa kami akan saling mendoakan: semoga selamat dan sukses, semua nya. Dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, TEMPO telah merupakan almamater yang berhasil menjadikan sejumlah tenaga yang punya keterampilan menulis dan memimpin, dan bercita-cita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus