Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Akik-akik pemelet

Penggemar (kolektor) batu akik. banyak yang percaya bahwa batu akik punya khasiat seperti membuat kebal, daya pemikat, pembawa rezeki, dsb. (ils)

23 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIAP Jumat Kliwon, Asminur S. Udin, 49 tahun, punya acara khusus. Ia menyediakan minyak kesturi, menyiapkan tujuh macam kembang, dan membakar kemenyan. Semuanya itu dilakukannya untuk batu akik badar kuning miliknya. "Kalau tidak diasapi kemenyan dan tidak dicuci minyak kesturi, khasiat badar kuning bisa lari," ujarnya dengan serius. Badar kuning sebesar jempol kaki itu, menurut dia, punya khasiat membuat nyali besar dan "membuat preman-preman lari". Namun "batu itu panas, maunya bikin ribut melulu," kata Asminur. Kalau membawa batu itu, orang lain akan berusaha membuat onar pembawanya. "Di bis kita bisa berkelahi dengan kondektur, kalau nonton film berkelahi dengan penjaga pintu," lanjutnya. Asisten dosen di Fakultas Sastra Universitas Indonesia itu tampak yakin benar akan khasiat batu akik. Di jari tangannya terselip empat cincin akik besar. Salah satu di antaranya jenis combong yang di dalamnya tergambar, maaf, vagina. "Ini khasiatnya agar disenangi cewek," kata ayah dari tiga orang anak ini. Gara-gara cewek pula Asminur percaya pada khasiat akik. Itu terjadi tahun 1968. Ia pernah didatangi seorang pria dengan pistol di pinggang gara-gara terlibat suatu persoalan dengan wanita. Dengan gemetar Asminur membuka pintu, tapi tahu-tahu lelaki berpistol itu kabur. "Entah apa sebabnya," kata Asminur yang jari manis kanannya, waktu itu, terpasang cincin akik badar lumut pemberian seorang haji dari Ujungpandang. Untuk tambah meyakinkan, dengan batu akik yang sama ia memasuki suatu daerah hitam. Dan, eh, jagoan yang paling ditakuti di situ ternyata gemetar waktu dihampirinya. "Sejak itu saya yakin batu akik punya khasiat," katanya. Koleksi batu akik Asminur cukup banyak, tiga kantung penuh dari berbagai jenis, antara lain badar, wulung, biduri zamrud, safir, dan kecubung. "Dalam dunia perakikan, ada dua jenis penggemar. Pertama yang tahu nilai dan khasiatnya, serta yang tidak tahu," kata Asminur menguliahi. Ia menambahkan batu akik yang "asli" memang punya khasiat. Tapi yang beredar di pasaran banyak batu akik 'palsu' diberi "isi" yang kekuatannya hanya untuk waktu terbatas. Asminur mengaku bisa mengetahui apakah sebuah akik berisi atau tidak. "Batu yang asli dan berisi itu ada getarannya. Dia mengeluarkan sinar astral yang bisa dirasakan," tuturnya. Cara mengetes sebuah akik ada penghuninya atau tidak, gampang "Ikat saia akik itu pada kaki dan bawa tldur. Kalau ada isinya pasti mimpi didatangi penghuninya yang marah-marah karena ditaruh di kaki," tambah Asminur. Khasiat akik umumnya sifat kejawaraan. Tidak semua penggemar akik punya kepercayaan tebal seperti Asminur. Di Bandung, misalnya, bisa dijumpai Hadis Soemantri, 60 tahun, yang dikenal sebagai kolektor. Insinyur lulusan ITB ini tidak percaya batu-batu itu punya khasiat. "Sebagai seorang muslim saya tidak bisa percaya batu itu memberi keberuntungan atau kesialan. Itu namanya syirik," ucapnya. Kegemarannya mengumpulkan batu mulia semata-mata karena senang pada keindahannya. Hadis menolak menyebutkan jumlah koleksinya. Sehari-hari ia cuma mengenakan sebuah cincin bermata zamrud dari India sebesar 10 karat. Beberapa di antara koleksinya pernah ditawar orang dengan harga jutaan rupiah, namun tak dilepaskannya karena sayang. Ia mengakui uang pensiunnya jauh dari cukup untuk terus membeli akik. Untunglah di antara sesama penggemar ada kebiasaan saling memberi hadiah. "Kadang-kadang saya menukarnya dengan koleksi lukisan saya," kata Hadis. Penggemar akik seperti Asminur dan Hadis gampang dikenali karena batu yang mereka kenakan. Mereka juga mudah dijumpai di tempat-tempat penjual atau penggosokkan akik yang ada hamplr di semua kota. Di Jakarta, misalnya, di Batuceper dan Rawabunga. Mereka datang bukan sekadar untuk menggosokkan atau membeli batu, juga mengobrol soal perakikan dengan sesama penggemar. Harga batu di situ beraneka ragam, dari Rp 1.000 sampai jutaan rupiah. Para penggosok itu umumnya menerima titipan langganan untuk menjualkan batu mereka. Batu yang digosok biasanya bukan gosokan baru, tapi hanya dihaluskan. Misalnya, untuk menghilangkan goresan. Syahrial, karyawan sebuah departemen yang dijumpai di Batuceper beberapa pekan lalu, datang untuk menggosokkan biduri hijau miliknya karena "gosokannya kelihatan masih kasar". Batu sebesar ujung kelingking itU dibeli dari teman sekantornya seharga Rp 40.000. Alasannya mengumpulkan akik hanya karena "senang". Sering di malam hari Syahrial merasa "rindu" untuk melihat koleksinya. Kerap pula teman-temannya sesama penggemar datang ke rumahnya untuk mengobrol. "Di situ asyiknya. Berbicara tentang batu tidak ada batas waktunya," katanya. Akik tergolong batu setengah mulia. Dari sekitar 2.500 jenis mineral, kurang dari 100 yang dianggap mulia atau setengah mulia. Umumnya batu itu buram, bening atau tembus cahaya. Batu paling berharga adalah yang tembus cahaya, seperti intan, mirah, zamrud, dan safir. Nilainya juga ditentukan oleh kadar kekerasannya - diukur dengan istilah mohs. Intan, misalnya, nilai kekerasannya 10. Mirah dan safir 9, jade 6, topaz 8, sedang lapis lazuli 5. Banyak yang percaya khasiat batu ada hubungannya dengan zodiak. Batu terpenting buat seorang berbintang Taurus, misalnya, adalah zamrud. Sedang yang dianggap membawa keuntungan: kinyang putih, sair hijau, dan biduri lumut. Zamrud dianggap membawa kerajinan, kebahagiaan, menghilangkan dosa, dan mengalahkan percobaan. Sedang khasiat kinyang putih membawa kepandaian, menahan diri, melihat apa yang akan terjadi, serta kesanggupan berpidato. Menurut Linda Spiro, 31 tahun, yang membuka Linda Spiro Jewellery di Hotel Borobudur, Jakarta, sekitar 60% konsumennya membeli permata karena "suka" dan untuk investasi. Sisanya lantaran percaya pada khasiat batu-batuan tersebut. Banyak wanita, menurut dia, membeli mirah karena percaya batu itu "membawa kehangatan buat suami". Sebagian besar barang dagangannya masih diimpor karena ukuran batu Indonesia belum memadai. Mirah dari Birma dan Srilangka, zamrud dari Rusia, Kolumbia, atau India, sedang pirus dari Iran. 'jTapi amethyst saya ambil dari Kalimantan dan warnanya bagus. Opal dari Banten dan mutiara dari Ambon," tuturnya. Para pengrajin akik yang terkenal kebanyakan berasal dari Pacitan dan Tulungagung, Jawa Timur. Di Desa Sukodono, Kecamatan Donorojo, Pacitan, tiap hari Pasaran Kliwon malah ada semacam pasar akik. Pasar ini dibuka pukul 07.00 dan usai menjelang pukul 09.00. Pembelinya pedagang dari berbagai kota di seluruh Indonesia. Bahan baku akik yang diperdagangkan disini berasal dari Ponorogo. Sogimin, salah seorang pengrajin dari Donorojo, tiap bulan membawa empat kuintal bahan baku akik ke Sukabumi dengan harga Rp 100.000 per kuintal. Di Sukabumi, bongkahan ini diproses dan tiap kuintalnya bisa menghasilkan 50 kodi batu akik. Batu akik yang baik, menurut Sogimin, adalah bila di dalamnya ada "gambar". Misalnya, wajah orang. Tahun 1980, ia pernah menjual sebuah akik seharga Rp 750.000. "Di dalamnya ada gambar orang, mirip Pak Dirman," katanya. Pembelinya seorang Cina yang benar-benar percaya itu memang gambar Panglima Besar Jenderal Sudirman. "Tapi batu semacam itu jarang sekali didapat," ujar Sogimin. Harga akik memang bisa tinggi - tergantung minat penggemarnya. Di kios batu akik di gedung DPR/MPR, yang dibuka sewaktu sidang umum, Maret lalu, ada sebutir mirah delima diikat dengan emban perak bersepuh emas yang harganya Rp 8 luta. Konon ada yang percaya mirah delima juga punya khasiat membawa keselamatan, hingga batu seharga jutaan rupiah ini sering ikut ditanamkan pada peletakan batu pertama pembangunan proyek besar. Bekas Wakil Presiden Adam Malik termasuk salah seorang penggemar akik. Sewaktu menjabat Ketua Sidang Umum PBB 1971, ia bahkan menyempatkan diri mengikuti kursus mengasah batu di New York. Dunia perakikan tampaknya memang mengasyikkan. Antara lain karena adanya berbagai cerita aneh mengenai khasiat batu. Dan cerita-cerita semacam itu umumnya dibicarakan dengan penuh minat dan gairah oleh para penggemarnya yang percaya. Misalnya, badar besi sering diceritakan bisa membuat orang kebal. Badar ular bisa mengisap racun. "Begitu seseorang digigit ular, tempel saja dengan batu itu. Dia akan menyedot racun tersebut, dan begitu racun habis batu itu jatuh sendiri," turur seorang kolektor. Ada lagi cerita yang lebih tantastls. Menurut Hadis Soemantri, seorang Belanda bernama Ir.F.C. van Eekhout pada tahun 1940-an pernah menulis sebuah buku tentang batu mulia. Di situ, antara lain, diceritakan bahwa batu mirah delima berasal dari darah burung merpati .... Banyak penggemar yang mula-mula tidak percaya khasiat akik. Namun kemudian menjadi seorang yang fanatik. Asisten Intelijen Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Bob Rusli Nasution termasuk seorang di antaranya. Bob mulai menggemari akik tahun 1960 ketika baru diangkat menjadi jaksa di Bandung. Tertarik rayuan penjual, ia mulai membeli akik. "Akik biasa, tidak ada khasiatnya," katanya. Kemudian seorang temannya memberinya sebuah akik sakan asal Bangka. "Kalau saya pakai, badan terasa agak panas. Khasiatnya memang untuk keberanian," ujarnya bersungguh-sungguh. Batu sakan itu pernah membuat heboh sewaktu Bob menjabat kepala Kejaksaan Negeri Ambon, 1975. Waktu itu ia diberitakan memukul seorang saksi dengan "akik yang terbesar di dunia". Padahal, menurut Bob, orang itu secara tidak disengaja tergores arlojinya. "Kalau benar saya pukul dengan akik itu, bisa mati dia," guraunya. Waktu bertugas di Ambon itulah Bob ditemui seorang tua yang memberinya dua buah akik - mirah hati ayam dan biduri bulan. "Sejak memakai itu rasanya saya sukses dalam tugas, jabatan, dan karir," ujar jaksa yang menangani kasus-kasus besar seperti Tampomas II dan kasus Pluit itu. Jaksa dengan tinggi badan 170 cm dan berat 120 kg ini merawat koleksi akiknya secara biasa saja. Tanpa minyak atau kemenyan. Akik juga bisa mendatangkan devisa. Ini pendapat Hadis Soemantri dari Bandung. "Di Jepang saya pernah melihat akik jenis kecubung seharga Rp 400.000. Padahal di sini paling tinggi Rp 10.000. Pemerintah seharusnya memperhatikan potensi devisa akik ini," katanya. Hadis juga menganjurkan dibentuknya asosiasi penggemar batu mulia. "Untuk menghindari pemalsuan dan penipuan," ujarnya. Menurut dia, sekarang ini banyak batu mulia palsu, bahkan ada yang terbuat dari plastik. "Asosiasi ini bisa berguna juga untuk menentukan standar harga," tambahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus