Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Gugurnya "si bunga seroja"

Penyanyi lagu melayu, said effendi, 58 th, meninggal dunia, sekitar 40 buah lagu diciptakan. (ms)

23 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melaju bahtera laju, bersama angin utara. Menuju pulau-pulau di timur nun jauh li sana. Lihatlah cahaya air, gemilang di sinar surya.... BEGITU dulu ia berdendang, mengalun, berat tapi empuk, melengking tapi lentur. Getaran suaranya menawarkan suasana romantik dan syahdu. Hatiku gembira, melihat bunga nan indah, tersebar di taman firdausi. Juwita wangi menyejuk jiwa.... Sang pendendang lagu-lagu Melayu kini benar-benar telah berlayar nun jauh ke sana, mungkin juga sudah sampai di taman firdausi. Penyanyi itu, Said Effendi, 58 tahun, yang pernah mempesona para penggemarnya sampai di Singapura dan Malaysia, telah tiada. Ia meninggal Senin tengah hari pekan lalu di RS Persahabatan, Jakarta, setelah dirawat beberapa hari. Mula-mula mengidap asthma, disusul paru-paru dan lever, Effendi yang kalau pergi dari rumah suka alan kaki itu, juga menderita sakit jantung. Sejak 3 atau 4 tahun terakhir, sudah jarang menyanyi, Effendi selalu sulit tidur. "Kadang-kadang pukul 2 pagi bangun minta makan," tutur Zalecha, 50 tahun, istrinya yang sampai akhir minggu lalu masih sering menangis bila teringat suaminya yang gemar sambal terasi itu. Suasana duka-cita memang masih menyclimuti rumah sederhana di ujung gang sempit di pinggir selokan, yang kumuh di kawasan Kramat Pulo Dalam Jakarta Pusat. Di sanalah Almarhum Said Effendi dengan istri, 6 anak dan 2 cucunya tinggal. "Pada hari-hari terakhir ia selalu ingin dekat dengan saya. Kepergiannya sangat tiba-tiba dan tidak meninggalkan pesan apa-apa," kata Zalecha lagi. Sekitar 30 tahun lalu, Zalecha - anak Mak Bibah (nenek violis Idris Sardi) yang pernah menJadl blntang rombongan sandiwara Fifi Young Toneelkunst - sering menyanyi berduet dengan Effendi. Untuk Zalecha yang berdarah Halmahera-Ternate tapi lahir di Madiun itu, Effendi menciptakan sebuah lagu kenangan yang sangat romantis dan terkenal: Salam Mesra dari Halmahera. Sekitar 40 buah lagu (antara lain Asmara Dewi, Bahtera Laju, Lagu Rindu, Timangtimang, Potong Padi, Hanya Nyanyian) pernah ia ciptakan. Tapi Effendi juga dikenal tak suka membuat lagu-lagu pesanan. Mungkin karena ini ia selalu menjiwai nyanyian-nyanyian yang ia bawakan yang sebagian besar ciptaannya sendiri. Dan karena itu pula ia menjadi pujaan khalayak, terutama para penggemar irama Melayu. Di kalangan pengusaha rekaman, Effendi dikenal sebagai penyanyi yang teguh pendirian. "Kalau tidak Rp 100.000 satu lagu, ia tidak mau, meskipun sedang kecepet tak punya uang," kata anak sulungnya Usmansyah, 27 tahun, menirukan pendapat Munif, pengurus Yayasan Musik Melayu Indonesia. Dua kasetnya yang terbaru, produksi Flower Sound (1978) berjudul Bunga Hati dan Seroja. Sementara itu di Kualalumpur (1982) terbit pula sebuah piringan hitamnya, Jumpa Mesra, bersama Ahmad Jais, penyanyi Malaysia terkenal. Banyak orang mengira Said Effendi orang Medan. Apalagi kalau orang mendengar dialek bicaranya sehari-hari. Di masa jayanya ia bahkan perna-h diklaim sebagai penyanyi Malaysia dan diburu seiumlah gadis cantik ketika melawat ke negara tetangga itu. Lagu-lagunya memang melantunkan warna kawasan sekitar Medan, Sumatera Timur atau Semenanjung Malaysia. Dengarkan misalnya: Mari menyusun seroja bunga seroja, hiasan sanggul remaja putri remaja. Rupa nan elok dimanja jangan dimanja .... Sesungguhnya Effendi, lahir di Besuki, Jawa Timur pada 28 Agustus 1925. Pada usia 5 tahun suaranya yang lantang sudah dikenal orang sekampung sabagai muazin sembahyang subuh di surau. Selain pernah menjadi nelayan, ayahnya juga pernah menyuruh dia berdagang masuk-keluar kampung. Dalam "pengembaraan" itulah ia berjumpa dengan seseorang yang kemudian mendidiknya menjadi penyanyi. Pernah bergabung dengan rombongan sandiwara Deui Mada pimpinan Said Kelana (bapaknya kelompok The Big Kids itu), Effendi akhirnya memantapkan karirnya sebagai penyanyi irama Melayu ketika ia diterima sebagai penyanyi Orkcs Studio Jakarta, 1948. Dari Sal Saulius, rekannya menyanyi di RRI Jakarta, Effendi belajar membaca dan menulis not hingga dapat mencipta lagu. Lagu pertamanya Asmara Dei, 1948. Tapi namanya yang kian meroket sejak saat itu, ternyata tak disertai penghasilan yang memadai. Pernah Orkes Melayu Irama Agung yang dipimpinnya mencetak beberapa piringan hitam berisi lagu-lagunya. Ketenarannya mendorong beberapa produser film menarik dia sebagai pemain pembantu. Dan kemudian Asrul Sani mempercayakan peran utama film Titian Serambut Dibelah Tujuh kepadanya. Namun ia tetap lebih dikenal sebagai penyanyi bersuara emas. Bahkan tahun-tahun di akhir hayatnya dalam beberapa kesempatan suaranya tetap memikat. Cuma napasnya mulai agak payah. Sejak Maret 1980 bekerja sebagai pengurus Kine Klub TIM. Setahun kemudian Effendi diangkat sebagai pegawai negeri yang langsung dipensiunkan - seperti halnya Pak Besut, komentator berbahasa Jawa dari RRI Yogyakarta itu. Nafkah tambahan ia peroleh dari berjualan barang-barang antik dan alat-alat musik. "Kalau dapat duit ia lalu mengajak saya jalan-jalan ke Proyek Senen," kata Zalecha mengenang. Sebagai pengurus Kine Klub, rupanya cukup membahagiakan. Setiap kali organisasi penggemar film-film pilihan itu menyelenggarakan pekan film, Effendi selalu berusaha menyenangkan seluruh keluarga bahkan tetangga-tetangganya dengan mentraktir mereka nonton. Para tetangganya memanggil dia dengan sebutan akrab "Oom Pendi". Ketika akhir minggu lalu masih ada saja yang bertamu di rumah sederhana itu, beberapa anak kecil berkata: "Banyak amat sih tamunya Oom Pendi". Seolah-olah Said Effendi masih berada di tengah-tengah mereka.........

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus