Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo, 9 Oktober 1976
Tatkala Perdana Mente-ri Gough Whitlam memim-pin Australia, hubungannya dengan Indonesia te-ra-sa adem-ayem, bahkan bi-sa dikatakan sedang sa-ngat baik. Canberra tutup ma-ta terhadap rencana in-tegrasi Timor Timur ke In-donesia. Tapi pada Novem-ber 1975 kemesraan itu ber-akhir sudah, ketika Gu-bernur Jenderal meme-cat Whitlam dalam sebuah kri-sis politik dalam negeri.
Di bawah PM John Malcolm Fraser, bandul kebijakan luar negeri Austra-lia bergeser. Fraser mengabaikan ”tradisi” mengunjungi Indonesia, setelah Inggris dan Amerika Serikat. Perdana Menteri baru itu malah lebih mengutamakan Jepang dan Cina.
Jakarta semakin kece-wa ketika Canberra t-erus memberikan suaka politik bagi aktivis Fret-ilin, kelompok anti-integras-i Timor Timur, meski m-e-mang Australia secara ber-tahap mengakui Timor Timur masuk ke kedau-lat-an Indonesia.
Hubungan Indonesia de-ngan Negeri Kanguru itu memang sering mengalami pasang-surut. Dua pekan lalu, ketegangan kembali muncul gara-gara Departemen Imigrasi Australia memberikan visa perlindungan sementara bagi 42 pencari suaka politik asal Papua. Departemen Luar Negeri Indonesia telah mengirim nota protes dan memanggil pulang duta besar di Canberra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo