Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Ronald Reagan menang melawan Jimmy Carter dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 1980.
Masyarakat Amerika Serikat menginginkan perubahan: selama yang memimpin bukan Carter.
Kekacauan di dalam dan luar negeri jadi biang kekalahan Carter.
PEMILU Presiden Amerika Serikat bergejolak. Pengikut Donald Trump, calon inkumben, memadati jalan-jalan sejak 5 November 2020. Mereka membeo Trump yang meyakini pemilu penuh kecurangan. Di Arizona, para pendukungnya berkumpul di luar Departemen Pemilihan Maricopa County, Phoenix, dan membuat keributan.
Pemantik “kemarahan” pendukung Trump adalah pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh Presiden Amerika ke-45 itu. Pada 4 November 2020, Trump mengklaim kemenangannya atas Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat, padahal penghitungan suara belum selesai. Sehari setelah klaim kemenangan tersebut, Biden menunjukkan tanda-tanda kemenangan setelah berhasil meraup suara terbanyak di beberapa negara bagian.
Trump lantas menunjukkan reaksi kemarahannya di akun Twitter-nya. Ia meminta penghitungan suara dihentikan. Ia merasa seharusnya ia yang menang. Padahal, dalam berbagai jajak pendapat, popularitas Trump merosot. Ia dianggap gagal menangani pandemi corona, mengamplifikasi rasialisme, serta gagal menangani isu-isu ekonomi dan kesejahteraan.
Trump bukan Presiden AS pertama yang maju ke panggung pemilu dengan membawa sejumlah polemik. Pada 1980, calon inkumben saat itu, Jimmy Carter, juga maju ke pemilihan ketika Amerika tengah bergolak. Di dalam negeri, popularitas dan kepercayaan publik terhadap Carter terus merosot.
Sejumlah orang yang “dibawa” Carter ke dalam pemerintahan belakangan disebut sebagai Mafia Georgia. Mereka antara lain Joseph Lester “Jody” Powell Jr. dan William Hamilton Jordan. Kelompok ini berandil besar dalam memoles karier politik Carter hingga memenangi pilpres pada 1976. Belakangan, Mafia Georgia memiliki reputasi buruk karena lambannya Carter merespons persoalan inflasi yang menyebabkan guncangan ekonomi besar saat itu.
Tempo pada 15 November 1980 menggambarkan kemenangan Ronald Reagan, pesaing Carter, sebagai wujud kemuakan rakyat Amerika Serikat. Dalam laporan berjudul “Kemenangan Itu Terlalu Besar”, kepasrahan Jimmy Carter tergambarkan. Soal kepasrahan inilah yang menjadi pembeda antara Trump dan Carter, selain fakta bahwa Carter didukung Demokrat sementara Trump didukung Republik.
Pada 4 November, sekitar pukul 19.00 waktu Los Angeles, Ronald Reagan menerima ucapan selamat dari Carter. Carter menelepon dari Washington ketika penghitungan suara belum selesai. “Wah, saya pikir dunia akan runtuh pada saat saya naik,” Reagan berseloroh keesokan harinya di depan wartawan. Ia juga mengutip Presiden Abraham Lincoln yang mengatakan, “Persoalan kalian sudah selesai, sedangkan bagi saya persoalan baru mulai.”
Dr Herb Asher, dosen ilmu politik Ohio University, mengatakan rakyat Amerika ingin melihat perubahan. “Mereka sudah sumpek merasakan keadaan ekonomi yang makin memburuk,” ucapnya. Karena ekonomi yang kian memburuk ini dan laju pengangguran yang kian tinggi, Demokrat kehilangan banyak suara dari serikat buruh, kelompok masyarakat berpenghasilan kecil, dan penduduk Afro-Amerika di Selatan—yang biasanya pendukung tradisional kuat Demokrat.
Profesor Richard Rollin, ahli sejarah University of Southern California, menganalisis kekalahan Carter akan mengubah wajah politik Amerika ke arah yang cenderung konservatif. Tapi, menurut Asher, tak sesederhana itu. “Secara definisi memang demikian, tapi soalnya tidak semudah itu. Sebab rakyat memilih Reagan hanya menginginkan perubahan. Mereka ingin yang berkuasa segera diganti,” kata Asher.
Dalam kampanyenya, Reagan berjanji memulihkan kewibawaan Amerika di dunia internasional dan menciptakan perdamaian yang tuntas di Timur Tengah. Ia berjanji memulihkan ekonomi dengan menekan inflasi. Untuk menanggulangi pengangguran, Reagan berencana memangkas pajak pendapatan besar-besaran, sebanyak 10 persen selama tiga tahun pemerintahannya berturut-turut.
Kebijakan-kebijakan ekonomi yang merangsang kegiatan industri dan menyerap tenaga kerja menjadi kelemahan Carter selama memimpin. Dalam sebuah perdebatan, Reagan mengajukan pertanyaan mendasar, “Tanyalah kepada diri sendiri apakah Anda kini lebih baik dibanding empat tahun lalu? Apakah mudah membeli sesuatu yang Anda inginkan? Apakah Anda kini merasakan dunia menghormati atau mengabaikan AS?”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo