Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji mendapat Bung Hatta Anti-Corruption Award 2013. Penghargaan ini diumumkan oleh dewan juri dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, Rabu pekan lalu.
Dewan juri menilai Basuki, yang akrab disapa Ahok, konsisten melawan korupsi, kolusi, dan nepotisme sejak menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur, Bupati Belitung Timur, anggota DPR, hingga kini sebagai wakil gubernur di ibu kota negara. "Dia konsisten secara sistemik melawan KKN," kata Betti Alisjahbana, Ketua Dewan Juri Bung Hatta Anti-Corruption Award 2013.
Kini Ahok secara rutin melaporkan biaya penunjang operasional Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta melalui website resmi pemerintah. Rekaman video rapat anggaran juga diunggah di YouTube. Pada 2006, Tempo memilihnya sebagai satu dari sepuluh tokoh yang mengubah Indonesia.
Adapun Nur Pamudji, 52 tahun, dianggap konsisten membuat terobosan untuk menjaga PLN tetap bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dia antara lain merombak sistem tender barang di PLN, yang tadinya melalui pedagang, menjadi langsung ke produsen. "Pak Nur punya komitmen yang sangat kuat untuk memberantas korupsi," kata Betti. Tahun lalu Nur terpilih sebagai satu dari enam CEO BUMN pilihan Tempo. l
Wanadri dan AMAN
Perkumpulan pencinta alam Wanadri dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mendapat penghargaan dari Indonesia Maritime Institute.Wanadri memperoleh hadiah Maritime Adventure dan AMAN dianugerahi penghargaan Maritime Advocation.
"Penghargaan ini justru jadi tantangan buat kami," kata Ketua Dewan Nasional AMAN Hein Namotemo setelah menerima penghargaan di Balai Kartini, Jakarta, Senin pekan lalu. AMAN dianggap berjasa mendampingi masyarakat adat di pesisir Nusantara. Sedangkan Wanadri dihargai lantaran mendata 92 pulau terdepan Indonesia dalam Ekspedisi Garis Depan Nusantara pada 2008. Beberapa ekspedisi Wanadri yang lain juga dianggap penting dalam mengembangkan maritim Indonesia.
JUARA
Jalanan dan A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One
Dua film dokumenter Indonesia berjaya di Busan International Film Festival (BIFF), yang ditutup pada Sabtu dua pekan lalu. Jalanan, yang bercerita tentang tiga musikus jalanan di Jakarta, terpilih sebagai film dokumenter terbaik. Sedangkan A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One, besutan sutradara Yosep Anggie Noen, menang dalam kompetisi film pendek Asia. Ini kemenangan pertama film Indonesia dalam pergelaran itu.
Jalanan yang disutradarai Daniel Ziv ini mengungguli 11 film dokumenter lain dalam festival film paling besar dan paling bergengsi di Asia itu. Film berdurasi 107 menit ini mengisahkan keseharian Boni, Titi, dan Ho mengamen dari satu ke lain bus kota. Menurut dewan juri, Jalanan memperlihatkan sistem kelas di Indonesia melalui karakter-karakternya yang hangat dan tidak berlebihan. "Jalanan dibuat untuk memberi suara kepada yang tidak punya suara," ujar Daniel, penulis buku Jakarta Inside Out dan editor pertama majalah Djakarta!
Adapun A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One, yang berdurasi 15 menit, bercerita tentang golf dan cinta di sebuah lapangan golf di tepian Kota Yogyakarta.
"Nanti ada pembatasan."
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di Jakarta, Rabu pekan lalu. Menurut dia, kementeriannya sedang mengajukan aturan untuk membatasi keluarga pejabat inkumben mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah.
"Kita kan negara demokrasi. Kan, baik-baik saja."
Calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, di Jakarta, Kamis pekan lalu. Dia mengomentari kemungkinan pencalonan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo