Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MOJOKERTO
Trowulan Masuk Situs Terancam di Dunia
Organisasi internasional yang bergerak di bidang pelestarian Âwarisan budaya, World Monument Fund (WMF), memasukkan Trowulan sebagai salah satu situs yang terancam di dunia. Dalam siaran pers beberapa waktu lalu di New York, Amerika Serikat, WMF mengumumkan hasil World Monument Watch (WMW) 2014. Kali ini mereka menyatakan ada 67 situs dari 41 negara yang terancam akibat faktor alam dan dampak perubahan sosial, politik, dan ekonomi.
"Betul, WMW memasukkan Trowulan sebagai salah satu situs yang terancam di dunia," kata Direktur Eksekutif Badan Pelestarian Pusaka Indonesia Andrian Perkasa saat dihubungi Tempo, Sabtu dua pekan lalu. Trowulan diyakini sebagai wilayah bekas kota Kerajaan Majapahit atau cikal-bakal Nusantara. Kini situs tersebut terancam, termasuk oleh adanya rencana pendirian pabrik baja di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan.
Shomuddin
MOJOKERTO
Hutan Terbakar Gara-gara Dupa
Kebakaran hutan di kawasan Gunung Penanggungan, Mojokerto, belum bisa ditaklukkan. Hingga Rabu sore pekan lalu, petugas dari Perusahaan Umum Perhutani Jawa Timur, warga Kunjorowesi, Kendungundi, serta Satuan Polisi Pamong Praja dan aparat dari Komando Rayon Militer Trawas, Kabupaten Mojokerto, masih berupaya memadamkan kebakaran yang terjadi sejak Selasa pekan lalu itu.
"Penyebabnya diduga berasal dari dupa yang ditinggal pendaki," ujar Avid Rollic, Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Perum Perhutani Jawa Timur, Rabu sore pekan lalu. Semula titik api muncul di puncak Gunung Bekel, lalu dengan cepat merembet ke Resor Pemangku Hutan Ngoro, Bagian Kesatuan Pemangku Hutan Penanggungan. Luas lahan yang terbakar diperkirakan mencapai 30 hektare.
Menurut Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Aris Soviyani, kebakaran hutan yang masuk wilayah Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan itu tidak mengancam 48 candi di area tersebut. Sebab, kata dia, Rabu pekan lalu, bebatuan candi peninggalan zaman Kerajaan Majapahit itu tahan api.
Selain di Penanggungan, sekitar 700 hektare savana di Taman Nasional ÂBaluran, Situbondo, terbakar sejak akhir Juli hingga Oktober ini. Dikaryanto, Kepala Brigade Pengendali Kebakaran Hutan Baluran, menyatakan kebakaran terakhir terjadi pada Senin pekan lalu.
Kebakaran juga melanda kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo, Pasuruan. Kepala Seksi Tahura Wilayah Pasuruan Gatot Sundoro menyebutkan selama sebulan terakhir terjadi dua kali kebakaran di tiga lokasi. Paling akhir, ÂSelasa pekan lalu, ada dua titik api. "Sekitar 11 hekÂtare hutan ludes," katanya Rabu pekan lalu.
Kukuh S. Wibowo, Ishomuddin, Ika Ningtyas, Eko Widianto
MALANG
Diduga Harimau Jawa Masih Ada
Tim Ekspedisi Eksplorasi Ekologi Ranu Tompe Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menemukan bekas cakaran hewan karnivora di pohon pampung atau katesan (Macropanax dispermus). Bekas cakaran berada 140 sentimeter dari permukaan tanah. Panjang cakaran dan jarak antarkuku terluar pada bekas cakaran berukuran lebih dari 13 sentimeter.
Menurut Toni Artaka, koordinator tim ekspedisi, karakter cakaran sebesar itu dimiliki harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan harimau Jawa. Sedangkan ukuran cakaran macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) kurang dari 13 sentimeter. Temuan itu membuhulkan harapan bahwa harimau Jawa masih ada, bukan sudah punah pada 1980-an seperti diungkap sejumlah literatur.
"Ada harapan bahwa harimau Jawa belum benar-benar punah, meski peluang untuk bisa menjumpainya sangat kecil," ujar Toni kepada Tempo, yang juga ikut ekspedisi, Rabu pekan lalu. Kepala Balai Besar TNBTS Ayu Dewi Utari mendukung pernyataan Toni. Untuk memastikan, kata dia, "Tentu butuh penelitian ilmiah yang intensif dan komprehensif."
Abdi Purmono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo