Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Batik untuk bangsawan melayu

Iwan tirta mencoba memperkenalkan batik-batiknya ke malaysia, menampilkan sari dan motif kembang sutera. acara ini berkaitan dengan tahun internasional untuk cacat pbb. (ils)

21 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IRAMA Melayu berkumandang. Kemudian muncul peragawati-peragawati Nany, Dhany, Ria Saha dan Ria Juwita berbaju kurung putih, merah muda, kuning dan ungu, terbuat dari sutera impor. Para peragawati itu tampak sulit berjalan. Mungkin karena kain yang dipakai sarat diperada benang emas penuh. Dari keempat kain untuk stelan baju kurung, dua dirancang dari motif kain Palembang yang dibatik, kemudian diperada. Dua lainnya, motif batik, sawunggaling dan nagaraja, juga diperada emas. Kain-kain itu memang tampak gemerlapan dan hanya cocok dipakai untuk pesta kenegaraan atau kerajaan. Kalaupun dijual, karena pembuatannya menelan waktu beberapa bulan, niscaya hanya diperoleh dengan harga selangit. Dan sudahlah pasti, kaum bangsawan dari Kerajaan Malaysla terpesona menyaksikan kain-kain panjang batik perada emas itu. Karena sekali ini, Iwan Tirta memang diundang Pengerusi dan Ahli-ahli Jawatankuasa Pengelola Majlis Pemulehan Malaysia (Ketua dan anggota Panitia Pelaksana Dewan Rehabilitasi Malaysia) untuk memeriahkan-malam derma 11 Maret lalu di ruang Nirwana, Hotel Hilton Kualalumpur. Acara ini berkaitan dengan Tahun Internasional Untuk Cacat PBB. Peragaan percobaannya diadakan di Hotel Mandarin Jakarta 9 Maret lalu. Karena di Malaysia banyak orang India, Iwan juga menampilkan sari. Yaitu melalui batik motif pisang Bali kraton Yogya dan semen klewer. Terbuat dari sutera halus, panjang sari batik ini 8,20 meter. Walaupun tak dijual, pastilah sari ini berharga mahal. Setelah melewati proses mencoba-coba, Iwan Tirta kini mulai membatik bukan saja di atas mori primissima tapi juga berbagai bahan baju kelas tinggi. Seperti crepe de chine, satin sutera, georgette dan kain voile Swiss -- yang banyak digemari orang-orang kaya. Batik tulis dari kain-kain halus dan tipis tersebut paling rendah berharga Rp 35.000/meter -- untuk motif yang sederhana pembuatannya. Harga demikian bukan karena bahannya harus diimpor dan ditulis (canting), juga karena bahan yang serba halus dan tipis itu sulit dibatik. Kaya dengan motif dan dituangkan di atas bahan baju yang halus tipis maupun wol, itulah yang menonjol pada karya Iwan Tirta sekali ini. Tapi ciptaan-ciptaannya untuk baju-baju Barat, tampak biasa saja. Bahkan hampir-hampir tak bermutu. Di antara batik yang akan diboyong Iwan ke Kualalumpur, terdapat juga yang mengambil motif hokokai (Jepang). Sehingga kembang sakura yang besar-besar seperti pada model puspawarna, sulit dibedakan dengan bahan baju dari Hawai. Iwan rupanya juga menggemari gaun-gaun tanpa peramping badan (korset), serba los, tanpa kupnat dan kalau mungkin, tanpa pelapis (voering). Karena, katanya, dia beranggapan wanita sekarang tidak punya waktu membuat atau memakai baju berpotongan rumit. "Saya cenderung menciptakan baju yang enak dipakai dan model yang sederhana pula," begitu dia pernah berkata. Mungkin karena itulah, pada gaungaun panjangnya dalam peragaan itu, Iwan sering menampilkan dua lembar kain yang dililitkan begitu saja bagaikan pakaian orang hendak pergi mandi ke pancuran. Misalnya gaun yang dikenakan peragawati Nani Sakri dalam motif parang rusak barong seling parang modang. Tapi untuk model ini, apa boleh buat, tubuh harus langsing semampai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus