SAYA merasa negara ini ajaib. Keajaiban telah dimulai pada pertengahan Mei 1998. Sebuah negara yang tadinya bak asrama yang penghuninya tertidur lelap selama 32 tahun, tiba-tiba dikejutkan oleh dentangan genta reformasi yang intensitasnya makin tinggi. Semua terbangun dan masing-masing ingin segera menceritakan mimpinya selama tertidur. Terjadilah suasana yang hiruk-pikuk, semuanya ingin didengarkan dan tidak mau mendengarkan cerita atau mimpi orang lain. Kita mulai mencari obat apa yang membuat kita tidur sekian lama, bagaimana memilih ibu asrama yang baru dan ingin mengganti semua pengurusnya yang menurut kita telah membuat kita terlelap dan mengabaikan semua pekerjaan kita. Dalam waktu yang bersamaan, banyak keinginan yang ingin dilakukan dengan segera.
Nah, sekarang, setelah berlalu dua tahun, masihkah kita berada di jalur reformasi? Apa, sih, yang sebenarnya ingin dicapai negeri ini? Bukankah kita semua ingin perbaikan di segala bidang dengan memilih pemimpin baru? Lalu, mengapa semua orang menjadi insan yang terburu nafsu? Tidak sabar dalam menghadapi setiap masalah. Saat ini sudah bukan waktunya lagi memikirkan kelompok sendiri. Indonesialah yang terpenting. Caranya, dengan membantu sepenuhnya penyelenggaraan negara kita ini. Pangkas-memangkas usaha, jabatan, atau kepentingan orang lain bukan zamannya lagi. Kalau kita memberlakukan hal itu pada lawan politik kita hanya karena masalah politik, apa bedanya kita dengan mereka yang kita lengserkan?
Bagi yang sekarang duduk di pemerintahan, hendaknya mereka menyadari bahwa negara ini ibarat koperasi. Negara adalah milik rakyat, jadi segala sesuatu yang diputuskan haruslah mengacu pada kepentingan rakyat, bukan untuk diri sendiri atau kelompoknya. Rakyat kecil seperti saya ini hanya ingin merasakan tenangnya kembali negara ini. Semua ini hanya dapat dicapai dengan niat yang tulus dan kebersamaan dari seluruh unsur potensi rakyat.
ANNA MARIA ANDJARWATI
Jalan Binasiswa II/D. l
Jatiwaringin 1741 l
[email protected] Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini