Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Berada di sri lanka

Yuli ismartono berhasil masuk ke daerah kantung pemberontak gerakan pembebasan macan tamil eelam (ltte) di sri lanka. diterima presiden jayewardene untuk wawancara tentang pemberontakan tamil.

7 November 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SAYA seperti ditantang untuk bisa masuk ke Jaffna," lapor wartawati TEMPO Yuli Ismartono setiba di Kolombo, dua pekan lalu. "Saya yakin, saya bisa." Sejak wilayah Jaffna dinyatakan tertutup, masuk ke daerah kantung pemberontak Gerakan Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE) bukan hal yang mudah. Mujur bagi Yuli, setiba di Meridien Hotel, ia ketemu dua wartawan Barat -- satu wartawan freelance Amerika, dan satu lagi wartawan surat kabar Daily Mail, London -- yang juga bermaksud masuk ke Jaffna. Ketiganya, setelah ketemu pengungsi yang menunjukkan jalan ke Jaffna, lalu mereka bersepakat untuk menyewa perahu menyeberangi Teluk Jaffna, dan mendarat di Desa Karativu. Tak lama setelah itu datang tiga pemuda menghampiri dan menanyakan maksud kedatangan mereka. Setelah dijelaskan bahwa mereka bermaksud meliput situasi di Jaffna, ketiga pemuda itu menawarkan untuk mewawancarai gembong-gembong LTTE. Lalu keenamnya dengan berkendaraan bis umum menuju Desa Chavakacheri, yang berjarak sekitar 15 km dari Karativu. Tapi untuk sampai ke markas LTTE mereka masih harus melewati gang-gang sempit sepanjang setengah kilometer. Tak banyak yang diperoleh Yuli dan kedua temannya di Chavakacheri. Karena orang penting LTTE menyusun perlawanan di desa pantai Valvedidurai. Lalu ketiga wartawan itu, yang dikawal oleh dua pemuda Tamil bersenjata, berangkat menuju Valvedidurai sebelum masuk ke Jaffna. Dan, ini bukan perjalanan menyenangkan. "Setiap 30 menit, helikopter angkatan udara Sri Lanka meraung-raung di atas kami," cerita Yuli. "Untuk menghindari itu, kami terpaksa berlindung di balik pepohonan." Di Valvedidurai, Yuli dan kawannya mewawancarai Anton Balasingham, tokoh nomor 3 LTTE. Dari Balasingham pula mereka tahu bahwa untuk masuk ke Jaffna sudah tak mungkin lagi. "Situasi di sana sudah begitu gawat. Lebih baik kalian pulang saja ke Kolombo," katanya. Lalu, ketiganya memutuskan kembali ke Karativu. Tiba di Karativu, situasi di desa itu juga sudah gawat. Desa yang dihuni orang-orang keturunan Tamil ini baru saja diserang oleh helikopter AU Sri Lanka. "Darah berceceran di mana-mana," tulis Yuli. "Dan, tak ada lagi perahu yang berani menyeberangkan kami." Apa akal? Ketiganya lalu memutuskan untuk merenangi selat sepanjang setengah kilometer itu. "Sekalipun airnya dangkal, dan arusnya tak begitu kuat, toh itu cukup merepotkan saya. Saya harus menjunjung kamera dan tape recorder agar tak terkena air laut," ujar Yuli. Perlu waktu hampir satu jam untuk mencapai Desa Gurunagar. Dari Gurunagar mereka menaiki bis umum menuju Kota Punirin --tempat mereka meninggalkan mobil yang mereka carter dari Kolombo. Dari Punirin baru kembali ke Kolombo. "Ada sekitar 10 kali kami diperiksa tentara India," cerita Yuli. Mereka tiba di Kolombo jam 2.00 dinihari setelah tiga hari bertualang di daerah kantung LTTE. Jumat pekan lalu, Yuli bersama empat wartawan lainnya diterima Presiden Jayewardene di kantor kepresidenan selama satu jam untuk sebuah wawancara. Apa komentar Jayewardene tentang pemberontakan kaum separatis Tamil? Bagaimana ia bisa selamat dari usaha pembunuhan di gedung parlemen? Ikuti laporan Yuli Ismartono, yang dikirim langsung dari Kolombo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus