Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Berdagang sambil berhias

Kalender yang beredar setiap menjelang akhir tahun sebagian besar agaknya menjadi media iklan, sehingga pembuatannya sering praktis saja. yang belum digarap betul adalah bentuknya. (ils)

6 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA-tiga bulan menjelang akhir tahun. Ada kesibukan rutin bagi beberapa disainer grafis, percetakan dan instansi -- swasta maupun pemerintah. Ialah menerbitkan penanggalan 1979. Apakah arti penanggalan Fungsinya untuk mengikuti perjalanan waktu, sebenarnya nomor dua -- sekarang. Lebih penting kiranya sebagai hiasan dinding -- dan promosi perusahaan. Seperti kalender perusahaan bir San Miguel misalnya -- yang terdiri dari hanya selembar, dan sebagian besar kertas dihabiskan unNk gambar botol bir. Kalender jenis ini banyak. Toyota, Honda, Tetoron, barang-barang lain. Biasanya toh tak begitu memperhitungkan benar keindahan gambarnya -- selain barang yang dipromosikan tadi. Karena itu, diduga yang memasang kalender jenis ini kebanyakan para agen atau toko yang menjual produk yang dipromosikan - ataupun, kalau memakai gambar cewek yang menantang: ruangan atau kamar muda-mudi. Agen Susu Yang juga menjadikan kalender sebagai media iklan tapi dengan agak mengingat nilainya sebagai hiasan, antara lain pabrik kertas Basuki Rahmat, PT Semen Padang atau PT Maskapai Asuransi Umum Wuwungan dan beberapa lagi. Juga Dumex, yang kalender 1978-nya memenangkan uara kedua pemilihan kalender terbaik. Dengan dasar gelap dan potret topeng-topeng kuno, penanggalan itu hanya memuat tulisan Dumex yang tak cukup besar di bagian bawah tanggal. Cukup sopan untuk dipajang di rumah, tanpa seorang tamu mengira si tuan rumah agen susu Dumex. ascot 1979 juga contoh kalender topeng yang bagus. Dalam pameran grafika pertengahan Desember lalu di RRI Jakarta, kalender ini nampak menonjol dengan topeng-topengnya, tanpa harus menonjol-nonjolkan gambar rokoknya. (Satu pak Mascot itu diletakkan di sudut kiri bawah). Juga tanggal-tanggal gampang dilihat. Yang agak punya nilai lebih, ialah kalender Astra Grapha (Xerox) 1979. Gambar-gambarnya potret benda-benda koleksi Museum Pusat Jakarta. Antara lain potret kalender Batak yang berujud bambu yang diukir. Lalu catatan ajaran agama dan doa dari suku Bugis yang ditulis di daun lQntar. Ada juga pustaha Batak, catatan kesejahteraan hidup manusia, perhitungan watak manusia berdasar hari lahir, uraian ramuan obat-obatan, mantera dan sebagainya --yang ditulis pada selembar kulit kayu. Selain indah dan rapi, tulisan Astra Grapha juga tak memberi kesan promosi: diletakkan antara angka penanggalan dan hiasan gambar, dan menghubungkan dua hal yang sebenarnya tak langsung berhubungan. Hal itu yang jarang kita lihat pada kalender sebagai media iklan. Jenis yang lain adalah kalender kantor pemerintah -- yang tentunya tidak bermaksud berpromosi, melainkan lebih sebagai gengsi dan informasi. Kalender Telkom 1979 gambarnya kegiatan perusahaan telekomunikasi: dari potret alat-alat yang penuh knop merah dan hijau sampai gambar seorang ibu yang sedang menerima kertas telegram. Lalu kalender yang dikeluarkan Pemda DKI Jakarta. Kalender 1978 itu bertemakan 'Peranan Pemuda dalam Masa Penjajahan dan Perjuangan Kemerdekaan'. Potretnya dari dokumentasi sejarah. Dengan penyusunan sedemikian rupa, tanpa mengecilkan arti foto-foto sejarah itu, kalender ini enak dipandang sebagai hiasan. Senilai dengan kalender DKI Jakarta 1978 ialah kalender PT Pembangunan Jaya grup 1979, yang agaknya direncanakan dengan matang. Mengambil ilustrasi karya Raden Tumenggung Joyodipuro yang dibuat tahun 1873-1903 guna menghias naskah Perang Bharatayudha yang disusunnya sendiri. Huruf, angka dan warna dibuat sedemikian rupa hingga keklasikan gambar terjaga. Suasana keseluruhan halaman -- yang tiap-tiapnya memuat penanggalan dua bulan -- memang dekoratif sekali: mau ditaruh di mana saja tetap akan baik. Ini juga karena warna dasar yang bukan merupakan warna primer, hingga bisa selaras dengan suasana tiap lingkungan. Offset Tentu saja andil mutu lukisan itu sendiri besar. Jadi sekaligus PT Pembangunan Jaya mengenalkan kepada kita seorang pelukis jagoan dari Yogya, walaupun sayang tak dilengkapi riwayatnya. Juga pemilihan ilustrasi yang diusahakan membentuk satu rangkaian cerita terasa tak adil: yang ditampilkan hanya Pandawa, sementara Kurawa tidak. Lagi, halaman Nopember-Desember, merupakan indeks ilustrasi. Biasanya indeks ditaruh di halaman tersendiri --misalnya pada kalender DKI Jakarta 1978. Mungkin pertimbangan biaya. Tapi perencana tata mukanya ternyata punya alasan: kalau ditaruh di halaman tersendiri, mudah dilupakan. Agaknya kini sebagian besar kalender adalah media iklan. Dan karena itu dibuat praktis saja: hanya ada angka-angka Masehi plus nama-nama hari. Jarang sekali kini yang menyertakan misalnya penanggalan Jawa, Arab atau Cina. Menurut salah seorang disainer yang laris, "itu menambah ruwet dan tidak disukai orang lagi." Tentunya karena ia lebih banyak bergerak di lingkungan dagang. Sebab tetap diterbitkan misalnya kalender dari Menara Kudus yang penuh angka dan ulisan Arab, dicetak berbagai warna untuk tiap lembar, lengkap dengan kutipan ayat atau hadis-hadis tentang budi pekerti dan juga jadwal shalat. Seluruh disain memberi kesan lugu, ramai, naif dan unik. Kalender seperti itu sama sekali tak berhubungan dengan dunia perusahaan, dan diterbitkan semata sebagai barang dagangan dengan omzet yang diduga besar. Mengingat bahwa orang sebenarnya sering kesulitan mencari tanggal Hijriah, misalnya untuk bersiap-siap menghadapi awal bulan puasa, memang ada baiknya dicantumkan setidak-tidaknya tanggal hari-hari besarnya. Yang belum digarap agaknya bentuk kalender. Umumnya orang masih menyukai kalender gantung untuk dipasang di dinding. Memang sudah agak biasa juga kalender meja, yang kalau dipasang (biasanya di meja kantor) berbentuk prisma. Tahun 1979 Toyota Astra Motor membuat juga kalender jenis itu, di samping yang gantung -- dengan ukuran mungil dan potret-potret aktris cukup sopan. Ada juga kalender meja yang dibaringkan seperti buku, seperti yang dari kedutaan. Di samping gambar-gambar yang khas menggambarkan budaya negeri yang bersangkutan, disediakan bagian kosong buat catatan -- dan formatnya dibikin untuk memudahkannya dimasukkan dalam tas. Ini berbeda dari kalender saku yang juga banyak dibuat -- yang mungkin karena ukurannya, menyebabkannya lebih banyak dibuang ('kan sudah makin jarang orang yang menyimpan semua barang dalam saku). Perkembangan kalender agaknya sejalan dengan masuknya cetak offset yang memungkinkan mencetak potret berwarna dengan baik. Yah, potret inilah yang masih menjadi acara pokok kalender dan memang menentukan nilai hiasan. Kalender Garuda 1979, misalnya, meski bentuk keseluruhan direncanakan baik, potret-potretnya kurang tajam-tidak begitu menarik. Masih lumayan kalender pabrik Semen Cibinong, meski secara keseluruhan kurang artistik: tulisan Semen Cibinong dan angka-angka penanggalan tak diperhitungkan supaya selaras dengan potret pemandangannya. Ternyata kita memang tak bisa melepaskan diri dari berhias. Dan berhias memang harus serasi kombinasinya, selain bagus barangnya. Lagi pula kalau berlebihan 'kan lantas norak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus