PENGUMPULAN pendapat umum (pol), yang dilaksanakan untuk nomor 17 Agustus ini, merupakan yang ke-12 hari berbagai poll yang telah diadakan TEMPO selama ini. Poll bagi kami, merupakan metode untuk merekam pikiran masyarakat tentang suatu isu yang kami anggap hangat. Itu sebabnya ketika masalah hukuman mati menimbulkan pro kontra pada awal tahun 1980, Redaksi tergerak untuk mengetahui pendapat masyarakat. Untuk pertama kali, dengan mengandalkan jaringan wartawan yang memang sudah tersebar di hampir seluruh wilayah negeri, TEMPO mengedarkan angket dalam jumlah yang masih terbatas. Poll, dengan pertanyaan yang juga masih terbatas itu, kemudian memang memberikan hasil yang menarik untuk dibaca (TEMPO, 1 Februari 1980). Berangkat dari keberhasilan poll yang pertama ini, kami pun menyiapkan yang berikutnya untuk memonitor berbagai pendapat masyarakat tentang soal sosial, ekonomi, dan politik selama 35 tahun merdeka untuk penerbitan peringatan proklamasi 1980. Hasil poll itu mmperoleh tanggapan dari berbagai tokoh pemerintah, masyarakat, dan juga dikutip luas oleh berbagai media massa, terutama oleh pers luar negeri. Agar poll yang kami sele,nggarakan itu memiliki tingkat validitas yang tinggi, maka selain sering mengundang beberapa ahli di bidang penelitian, seperti Setjipto Wirosardjono (kini wakil ketua BPS, Sarlito Wirawan dan Boedi Matindas (psikolog), dibentuk pula tim khusus yan, selain menentukan isu yang pantas di-pol-kan, juga mendiskusikan masalahnya, merancang, dan menyusun pertanyaan, serta menetapkan respondennya. Bahkan karena ini menyangkut biaya yang tidak sedikit, kegiatan-kegiatan poll dimasukkan dalam perencanaan tahunan Redaksi. Khusus untuk nomor setiap 17 Austus, sejak 1980 - kecuali tahun 1982 - poll yang selain berisi pertanyaan yang sama (untuk mengetahui perubahan atau pergeseran pendapat) juga dilakukan peru ahan tekanan, sesuai dengan isu yang sedang menonjol. Ketika akibat resesi masih membekas tahun lalu, maka poll 17 Agustus-nya pun menitikberatkan pada persoalan ekonomi. Dalam laporan utama nomor ini, tema nasionalisme, dengan isu pri nonpri, yang kami anggap hangat lagi beberapa waktu lalu, memperoleh porsi besar dalam pertanyaannya. Dengan pengalaman yang semakin banyak, poll yang selama ini semakin beragam - mulai dari citra guru, polisi, bimbingan tes, sampai pada soal mode dan seks remala - prosesnya dilakukan dengan peralatan yang semakin modern. Penghitungan angket yang tadinya dengan tangan, kemudian lewat komputer sewaan, kini dilakukan oleh Nadjib Salim, kepala Pengembangan Produk, yang bertugas melaksanakan kegiatan poll, dengan komputer milik sendiri. Sehingga, proses tabulasi bukan saja lebih akurat, tapi juga lebih cepat. Kendati begitu, melaksanakan suatu poll tetap saja bukan pekerjaan yang gampang. Paling merepotkan adalah penyebaran angket di lapangan. Misalnya, pernah seorang responden wanita di Jakarta menelepon Redaksi. Dengan nada ketakutan nyonya itu minta berkali-kali agar angket yang telah diisinya beberapa hari sebelumnya dimusnahkan dan dianggap tidak ada. Tapi setelah diyakinkan bahwa kerahasiaan nama responden selalu kami pegang teguh, penelepon yang ternyata istri seorang pejabat itu baru merasa tenang Menurut pengakuan nyonya itu kemudian, suaminya marah besar ketika diketahuinya ia mengisi angket TEMPO .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini