MAJALAH TEMPO selalu mencari darah muda. Darahnya, tak lain, reporter yang memang masih muda-muda. Jumlahnya delapan orang. Mereka dijaring dari ratusan pelamar yang diiklankan setahun lalu. Untuk bisa dilantik menjadi reporter, si carep (alias calon reporter) harus lolos tes psikologi (oleh Lembaga Psikologi Terapan UI) dan lulus pendidikan wartawan yang kami selenggarakan sendiri selama sembilan bulan. Sebelum dijajal ke lapangan ketemu sumber berita atau meliput peristiwa, terlebih dulu diberi penjelasan abc-nya wartawan. Mereka "digembleng" sekitar setengah bulan -- di bawah pengawasan seorang psikolog segala -- di kawasan Puncak. Kecuali mendapat pelajaran teori, mereka juga harus mencoba ilmunya dengan wawancara, reportase, dan menulisnya. Selanjutnya, masih dalam tahap pendidikan, mereka ditugaskan ke lapangan sambil terus-menerus dievaluasi. Mereka baru bisa dilantik sebagai reporter setelah benar-benar lulus. Kalau gagal, tentu saja mereka dianggap tak cocok jadi wartawan. Paling tidak untuk TEMPO. Artinya mereka dipersilakan mencari pekerjaan lain yang lebih sesuai. Beberapa darah baru rasanya perlu kami perkenalkan kepada pembaca, dan terutama para sumber berita yang mungkin sering kami hubungi. Andy Reza Rohadian, 25 tahun, bujangan berdarah Bugis ini adalah sarjana hukum Universitas Padjadjaran Bandung. Sebelum masuk TEMPO, katanya, banyak aktif di kelompok pecinta alam. Bambang H. Sujatmoko, 27 tahun, sarjana komunikasi FISIP UI. Sampai sekarang ia masih aktif di grup pecinta alam Wanadri. Tahun 1985, Bambang memimpin Ekspedisi Gunung Leuser, dan pernah mendaki Himalaya pada 1987. Dwi Setyo Irawanto, 25 tahun. Insinyur kehutanan IPB ini sejak mahasiswa sudah aktif di pers kampus. Tahun 1986, ia menjadi pemimpin redaksi majalah mahasiswa di kampusnya. Indrawan, 28 tahun, sebelumnya pernah bekerja di sebuah penerbitan buku. Ia sarjana Kimia FMIPA UI. Tapi, setelah masuk TEMPO, ia lebih suka berhubungan dengan polisi dan penjahat atau kriminalitas. Iwan Qodar Himawan, 25 tahun, lahir di Yogya dan sekolah di Yogya. Sekali ke Jakarta, sarjana Teknik Geodesi UGM itu langsung masuk TEMPO. Sebelum terpikir menjadi wartawan, ia sudah aktif di pers mahasiswa. Nunik Iswardhani, 26 tahun, satu-satunya reporterwati baru kami, adalah lulusan FH UI. Sebelum masuk TEMPO ia pernah bekerja di penerbitan buku dan menjadi pembantu pengacara di LBH Jakarta. Wahyu Muryadi, 28 tahun, sudah lebih lama bergabung dengan TEMPO. Jebolan FE Unair itu sebelumnya menjadi reporter kami di Biro Surabaya. Walau masih baru, ia sempat "melayat" korban musibah terowongan Mina tahun lalu. Ivan Haris Prikurnia, 27 tahun, adalah satu-satunya reporter kami yang bukan bujangan lagi. Sebelum masuk TEMPO, lulusan FISIP UI itu pernah ikut mendirikan Etno Data, bergerak di bidang riset, informasi dan dokumentasi, dan asisten dosen. Dengan suntikan darah muda itu, mudah-mudahan kami bisa menyajikan majalah ke hadapan Anda lebih segar lagi. Itulah harapan kami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini