BILA Anda perhatikan daftar pengasuh TEMPO nomor ini, ada sebuah nama yang tak lagi tercantum di situ. Yaitu nama Harun Musawa. Mulai Maret ini, Harun, yang ikut mendirikan TEMPO 19 tahun lalu, memilih untuk menekuni bidang usaha yang baru: industri. Sewaktu masih bersama kami, Harun adalah salah seorang redaktur senior dan wakil direktur bidang keuangan/personalia PT Grafiti Pers. Tentu saja kami merasa kehilangan dengan berhentinya Harun. Ia, bagi sebagian di antara kami, bagaikan saudara. Sudah 20 tahun kami bersama dia -- sejak majalah Ekspres didirikan pada 1970. Beberapa tahun terakhir ini, Harun pernah menjadi penanggung jawab rubrik Hukum dan Kriminalitas, dan kemudian sebagai redaktur pelaksana yang membawahkan kompartemen kedua rubrik tersebut -- memang jarang terlihat meliput berita di lapangan atau bergadang bersama anggota Redaksi lain di malam deadline turunnya naskah. Karena tenaga Harun dibutuhkan perusahaan untuk urusan manajemen. Tanpa Harun tentu saja ada jabatan yang lowong. Tapi yang perlu segera ditangani sepeninggal Harun adalah pekerjaan yang menyangkut langsung proses kerja di lingkungan Redaksi -- selama dua tahun terakhir dibawahkan Harun selaku pejabat wakil direktur produksi. Karena Wakil Direktur Produksi Yusril Djalinus masih mengikuti pendidikan di St. Michael College, Winooski, New York, maka A. Margana kami percayai untuk mengurus tugas-tugas tersebut. Jabatan baru untuk Margana adalah manajer produksi. Margana, selain bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan unsur penunjang di lingkungan Departemen Produksi -- mulai menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan tingkat departemen sampai soal memilih teknologi yang tepat untuk kebutuhan redaksi -- juga membawahkan bagian supporting Departemen Produksi, seperti Sekretariat Redaksi, Dokumentasi dan Riset, serta Pracetak. Bagi Margana, tugas baru ini sebenarnya bukan tugas yang asing. Sejak menjabat sebagai koordinator reportase pada 1984, ia sudah banyak terlibat dengan tugas yang dibawahkan wakil direktur produksi tersebut. Meski Margana, yang bergabung dengan TEMPO sebagai reporter pada 1978, akan banyak mengurusi soal manajemen Departemen Produksi, toh ia tak kami bebaskan sama sekali dari urusan keredaksian. Ia masih kami bebani tugas sebagai redaktur pelaksana. Rubrik yang dibawahkannya adalah rubrik Pendidikan. Di TEMPO, Margana, yang merintis karier di dunia kewartawanan sebagai reporter di harian Suara Karya, setelah lima tahun sebagai reporter TEMPO, sempat menjadi Kepala Biro Jakarta. Adalah pengalamannya selama mengurus Biro Jakarta dan kemudian sebagai koordinator reportase, yang membuat kami mempercayainya untuk memangku jabatan baru sebagai manajer produksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini