Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Komik youssuf sensitif

Youssuf seddik yang memvisualisasikan al quran ke komik, patut dipertanyakan, perbuatannya itu secara islam benar atau tidak. al quran tidak bisa dianggap sama halnya dengan buku-buku biasa lainnya.

24 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah Salman Rushdie, kini disusul nama Youssuf Seddik (TEMPO, 27 Januari 1990) dengan gagasannya memvisualisasikan Al Quran. Meski disinyalir apa yang diungkapkannya itu tak bertentangan dengan kandungan Al Quran asli, patut dipertanyakan, apakah perbuatannya itu -- secara Islam -- benar atau tidak. Lewat pendekatan historis, kita tahu bahwa Al Quran merupakan kumpulan ayat-ayat suci dari Yang Maha Pencipta. Al Quran, yang diterima Nabi Muhammad SAW. itu, tentu saja, tidak bisa dianggap sama halnya dengan buku-buku biasa lainnya. Al Quran perlu disucikan dengan perlakuan khusus, seperti dalam surat Al Waqiah (56) ayat 77-80: "Sesungguhnya Al Quran ini adalah bacaan yang mulia. Pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh). Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan Semesta Alam". Maka, pada dasarnya, apa pun perlakuan yang ditujukan oleh orang Islam dengan membawa Al Quran secara hati-hati, dengan memeluk, atau menjunjung di kepala, merupakan ekspresi sebaik-baiknya sikap penyucian terhadap Al Quran tersebut. Segala sesuatu yang berkaitan dengan Al Quran dilakukan tidak gegabah. Tidak heran kalau "komik" Youssuf Seddik juga mendapat tentangan keras terutama dari lembaga-lembaga Arab di Paris. Mungkin, pro kontra terhadap "itikad baik" Youssuf itu karena beranggapan bahwa "Al Quran model canggih" itu bisa mudah mendekatkan Al Quran pada anak-anak. Lantas, apakah anak-anak zaman sekarang ini tidak bisa didekatkan lagi dengan cara yang biasa? Kalau sekadar mendekatkan, apa pengajaran konvensional tidak efektif? Atau, pendekatan apa sebenarnya yang dimaksudkan? Di satu sisi, Islam adalah agama yang tidak bisa dianggap sebagai agama yang fleksibel, sehingga ia perlu menyesuaikan dengan setiap perubahan dalam masyarakat. Ada persoalan tertentu yang bersifat fixed, seperti persoalan halal dan haram. Semua persoalan pokok (ushul) itu terdapat dalam sunah Rasul dan Al Quran. Namun, dengan adanya komik Al Quran yang dibuat Youssuf, apa pun alasannya, dia telah menyentuh persoalan sensitif. Sebagai umat Islam, kita perlu waspada terhadap setiap gagasan atau ijtihad ala modern, yang bersifat bid'ah. Dan, sebelum melempar ke masyarakat, perlu dipikir bersama secara matang dan cermat agar kesucian Al Quran dan Islam tak tercemar. TAUFIK GAFARA Ledok Gondomanan 3 Yogyakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus