PADA minggu pertama bulan November, volume surat lewat pos yang masuk ke TEMPO melonjak. Pada saat yang sama, banyak siswa-siswi mengantarkan map dan surat ke kantor TEMPO. Ada apa? Surat-surat yang melebihi jumlah yang normal itu adalah karangan para siswa untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Multipolar-TEMPO. Tema yang dipilih: "Pandangan anak didik terhadap guru". Semua provinsi di Indonesia tercatat dalam lomba ini. Malah ada peserta dari Amerika Serikat dan Arab Saudi. Sampai pada saat yang ditentukan, jumlah naskah yang masuk mencapai 5.918 buah, jauh melampaui taksiran semula. Beratnya hampir sekuintal. Maklum, peserta SMTA menulis 6-8 halaman folio ketik, SMTP 4-6, dan SD 2-4. Yang memiliki komputer boleh menulis dengan komputer. Yang tidak memiliki keduanya boleh mengirim tulisan tangan. Rupanya, yang terakhir punya daya tarik sendiri, sehingga banyak yang memilihnya. Kebetulan, juara pertama SMTA dan SMTP adalah mereka yang mengirim tulisan tangan. Untuk menentukan para juara, dibentuk tim juri yang meliputi Adila Suwarmo (pemimpin redaksi majalah Ayahbunda), N. Riantiarno (wakil pemimpin redaksi majalah Matra), A. Rahman Tolleng (kepala divisi produksi PT Pustaka Utama Grafiti), Putu Setia (redaktur pelaksana TEMPO), dan Slamet Djabarudi (editor naskah TEMPO) sebagai ketua. Tiga hal yang dipakai sebagai kriteria penilaian adalah isi tulisan, cara pengungkapan, dan bahasa. Isi tulisan lebih diperhatikan sehingga naskah yang penampilan fisiknya tidak begitu rapi pun tetap dibaca dengan cermat oleh juri. Setelah para pemenang diputuskan, ternyata siswi lebih unggul dari siswa. Mungkin jumlah itu sejalan dengan komposisi peserta, yang meliputi 3.360 siswi dan 2.558 siswa. Peserta dari SD 685, SMTP 1.914, SMTA 3.058, dan tidak jelas tingkatnya 261. Mengapa TEMPO menyelenggarakan lomba ini? Gagasan datang dari Multipolar, perusahaan komputer dari Kelompok Lippo, yang para stafnya merasa ingin menyampaikan respek dan terima kasih kepada para guru mereka dahulu. Menurut Direktur Multipolar Ir. Handoko A. Tanuadji, ia dan stafnya ingin tahu citra guru masa kini. Maka, lahirlah gagasan untuk mengadakan lomba ini. Dan TEMPO menyambutnya. Lomba semacam masih akan diselenggarakan oleh TEMPO pada tahun-tahun mendatang. TEMPO juga akan bekerja sama dengan majalah lain dalam penyelenggaraan koran dinding di sekolah-sekolah, kata Wakil Direktur Pemasaran kami, H. Mahtum. TEMPO ingin menggalakkan minat tulis-menulis di kalangan siswa. Yang diharapkan, bahwa bidang ini akan semakin populer dan benar-benar diminati para remaja. Siapa tahu, nantinya ditemukan bibit unggul penulis atau calon wartawan. Kami selalu memberikan perhatian cukup besar untuk kegiatan yang mengarah kepada pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bahasa merupakan bagian penting dari kelangsungan hidup TEMPO sebagai majalah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini