Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Duet Mega-Hamzah dan Kerikil Parlemen

5 Agustus 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apakah menurut Anda duet Megawati dan Hamzah Haz bakal mulus memimpin pemerintahan hingga 2004?
(27 Juli-3 Agustus)
Ya
42,8% 326
Tidak
48,3% 367
Tidak tahu
8,9% 68
Total 100% 761

JATUHNYA pemerintahan Abdurrahman Wahid membuktikan bahwa parlemen menjadi faktor penting lempangnya kinerja eksekutif. Sistem konstitusi Indonesia, meski tegas menyatakan presiden tak bisa membubarkan DPR dan, sebaliknya, DPR tak bisa memecat presiden, pada kenyataannya memberi ”amunisi” lebih banyak kepada parlemen bila harus saling berhadap-hadapan dengan presiden.

DPR memang tak bisa memecat presiden, tapi mereka dapat mengundang MPR buat mengadili kepala pemerintahan itu. Padahal, 500 dari 700 anggota MPR adalah juga anggota DPR. Secara matematis, bila lebih dari 70 persen anggota DPR menghendaki presiden turun takhta, hal itu tak akan terelakkan ketika dibawa ke MPR. Abdurrahman, sekali lagi, membuktikan hal itu.

Naiknya Megawati ke kursi RI-1 tak serta-merta menghilangkan ”kutukan” itu. Meski partainya memenangi pemilu dan meraih kursi ter-banyak di DPR, itu tak cukup buat memuluskan jalan pemerintahannya. Juga ketika ia ”hanya” memperoleh Hamzah Haz dari PPP sebagai wakil presiden. Jika ada yang mencoba menggoyang duet tersebut, secara matematis, lagi-lagi, bila pun jumlah anggota DPR kedua partai mereka di-gabungkan, itu tak mencapai 50 persen. PDI-P hanya bermodal 31 persen kursi DPR dan PPP malah cuma sekitar 12 persen. Itu pun dengan catatan kedua partai solid.

Hitungan-hitungan itu, secara kebetulan, tecermin dari jajak pendapat TEMPO Interaktif pekan lalu mengenai keyakinan pu-blik pada mulusnya perjalanan pemerintahan Mega-Hamzah. Hanya 42,8 persen peserta jajak yang percaya keduanya bakal aman-aman saja. Angka itu mirip komposisi kursi PDI-P dan PPP di DPR.

Dan kini, dua pekan setelah Mega terpilih sebagai presiden, kabinet Mega belum juga terbentuk. Adakah kehati-hatian penyusunan kabinet itu karena mempertimbangkan ke-kuatan dukungan politik di DPR? Wallahualam.


Jajak Pendapat Pekan Depan:

Naiknya Megawati Sukarnoputri sebagai presiden memberi sentimen positif bagi pasar. Nilai tukar rupiah terhadap dolar langsung terdongkrak sekitar 2.000 poin, dari Rp 11.600 per dolar menjadi Rp 9.500-an per dolar. Bagi yang optimistis, nilai tukar rupiah diperkirakan masih bakal terus menguat. Namun, buat yang konservatif, kondisi itu masih bersifat sementara dan perkembangannya sangat bergantung pada kinerja pemerintah. Megawati sendiri saat ini tengah menghadapi ujian pertamanya: menyusun kabinet, yang belum juga diumumkan kepada publik. Ada yang khawatir, itu bisa memberi sentimen negatif pada pasar, khususnya pada nilai tukar rupiah, yang bisa anjlok lagi. Bagaimana pendapat Anda sendiri? Suarakan pendapat Anda melalui www.tempointeraktif.com .

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus