Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DALAM hal keluwesan berpolitik, Ketua PPP Hamzah Haz mungkin bisa dijadikan contoh. Baru beberapa hari menjadi wakil presiden, ia mendatangi Ketua NU Hasyim Muzadi. Di bawah terang lampu kamera televisi dan jepretan blitz wartawan, keduanya saling peluk cium. Hamzah menawarkan islah (rekonsiliasi) dan Hasyim menyambut uluran tangan itu. Sebelumnya, hanya beberapa jam setelah diputuskan menjadi wakil presiden, ia juga mendatangi bekas presiden Abdurrahman Wahid di Istana.
Padahal, sebelumnya, Hamzahlah bersama Poros Tengah plus Golkar dan PDI-P yang keras menggugat kekuasaan Abdurrahman Wahid. Gerakan itu membuat marah bukan hanya Partai Kebangkitan Bangsa, tapi juga warga Nahdlatul Ulama yang menyokong Abdurrahman.
Hamzah barangkali representasi yang tepat dari adagium "tak ada lawan dan kawan abadi dalam politik kecuali kepentingan." Pada 1999 lalu, Hamzahlah yang keras menolak presiden perempuan. Kini, dia berada di barisan depan penyokong Mega.
Para responden jajak pendapat ini pun menyokong duet Mega-Hamzah. Meski sementara orang menilai keduanya punya hubungan masa lalu yang tak harmonis, publik percaya bahwa Mega dan Hamzah bisa merapatkan barisan.
Dasarnya? Perimbangan politik. Dengan menggabungkan Mega (PDI-P) dan Hamzah (PPP), kekuatan keduanya di parlemen menguasai hampir 50 persen suara. Plus dukungan partai-partai Islam yang tergabung dalam Poros Tengah, mayoritas suara sudah dipegang Mega-Hamzah.
Dengan fakta itu, pemerintah tidak mudah digoyang parlemen. Inilah yang tidak dilakukan Abdurrahman Wahidia tumbang karena tak mampu merangkul lawan politiknyapadahal kekuatannya di parlemen cuma 11 persen suara.
Pertanyaannya: apakah sebuah pemerintahan yang kuat akan mampu menyelesaikan krisis di Indonesia? Belum tentu. Oposisi yang kuat adalah faktor yang tak kalah pentingnya. Apalagi di luar soal aliansi tadi, Mega dan Hamzah tidak datang dari dunia yang sama sekali baru dan putih bersih. Hamzah adalah aktivis PPP yang pernah berkecimpung dalam politik Orde Baru. Megawati diperkirakan orang akan dibebani oleh peran Taufiq Kiemas, suaminya. Seperti telah ditulis banyak media massa, banyak pihak curiga bisnis Taufiq akan mengandalkan posisi Mega sebagai presidensuatu hal yang disangkal keras oleh Taufiq.
Itulah sebabnya responden terbelah pendapatnya tatkala mereka berbicara soal godaan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Preseden dugaan KKN yang menyebabkan Abdurrahman jatuh diperkirakan akan menjadi pengalaman berharga bagi Mega dan Hamzah. Di pihak lain, penumpukan uang dan kekuasaan sebagai modal untuk memenangi Pemilu 2004 diduga bakal menjadi godaan kuat bagi keduanya untuk mengulang kesalahan Abdurrahman.
Kekhawatiran ini hanya bisa dijawab oleh waktu. Publik hanya berharap pemerintahan baru bisa memperbaiki ekonomi rakyat yang centang-perenang. Duet Mega-Hamzah kini sedang mempertaruhkan nama mereka.
Arif Zulkifli
Apakah Megawati dan Hamzah Haz merupakan duet yang cocok? | |
Ya | 84,5% |
---|---|
Tidak | 15,5% |
Apakah duet Mega-Hamzah bisa menyelesaikan krisis? | |
Tidak bisa | 22,8% |
Bisa | 77,2% |
Apa kekuatan duet Mega-Hamzah? | |
Mewakili dua kekuatan besar di parlemen sehingga tak mudah digoyang | 63,1% |
Keduanya bisa belajar untuk tidak mengulang kesalahan Abdurrahman Wahid | 41,0% |
Keduanya bukan bagian dari Orde Baru | 36,4% |
Apa kelemahan duet Mega-Hamzah? | |
Mega dan Hamzah mudah berkompromi dengan kekuatan Orde Baru | 41,0% |
Agenda reformasi akan terbengkalai karena keduanya sibuk membagi jabatan | 39,1% |
Keduanya tidak mewakili semua golongan | 38,7% |
Apakah Mega-Hamzah bisa bertahan hingga 2004? | |
Ya | 89% |
Tidak | 11% |
Apakah Mega-Hamzah akan terlibat KKN dalam masa pemerintahannya? | |
Tidak | 57,8% |
Ya | 42,2% |
Apa prioritas masalah yang harus diselesaikan pemerintahan Mega-Hamzah? | |
Rekonsiliasi antar-elite | 2,7% |
Penyelesaian krisis ekonomi | 66,3% |
Pemberantasan KKN | 14,9% |
Penyelesaian krisis hukum | 9,3% |
Konflik dan pemberontakan daerah (Aceh, Irian, dll.) | 6,2% |
Pemulihan keamanan | 0,6% |
Metodologi jajak pendapat :
- Penelitian ini dilakukan oleh Majalah TEMPO bekerja sama dengan Insight. Pengumpulan data dilakukan terhadap 517 responden di lima wilayah DKI pada 25-28 Juli 2001. Penarikan sampel dilakukan dengan metode acak bertingkat (multi-stages sampling) dengan unit analisis kelurahan dan rumah tangga. Dengan menggunakan ukuran sampel tersebut, estimasi terhadap margin error adalah 5 persen, dengan tak tertutup kemungkinan terjadinya non-sampling error. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka.
MONITOR juga ditayangkan dalam SEPUTAR INDONESIA setiap hari Minggu pukul 18.30 WIB
Independent Market Research
Tel: 5711740-41, 5703844-45 Fax: 5704974
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo