Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Info Event - Sudah sejak lama ilmu manajemen berperan sebagai salah satu tulang punggung proses penciptaan nilai di berbagai organisasi di Indonesia, namun hingga saat ini belum pernah ada suatu wadah pertemuan puncak yang berfokus pada bidang keilmuan manajemen tersebut. Oleh karena itu, ILUNI Program Pascasarjana Ilmu Manajemen (PPIM) Fakultas Eekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menggelar Indonesia Management Summit 2024 (IMS 2024) pada tanggal 26 Agustus 2024 lalu di Auditorium Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta. IMS 2024 mungkin merupakan acara puncak atau “summit” khusus manajemen yang pertama di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengusung topik utama “Mencerdaskan Bangsa, Memajukan Negara: Memperkuat Daya Saing Indonesia Berbasis Kapabilitas Manajemen Transformatif,” IMS 2024 menampilkan sejumlah tokoh penting dan kompeten dari berbagai bidang yang membahas bagaimana peran kapabilitas manajemen transformatif yang secara kolektif bisa memberikan dampak positif bagi daya saing bangsa melalui sinergitas akademisi, praktisi, dan pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka juga membahas bagaimana mengonvergensikan dikotomi makroekonomi dan mikroekonomi termasuk juga bagaimana mengharmonisasikannya ketika berada dalam suatu ketidakpastian; menelisik peran strategis manajemen dalam organisasi; dan bagaimana membangun ekosistem antar-lembaga agar selaras dan bersinergi. Para narasumber juga mendiskusikan kapabilitas dinamis Indonesia dan berbagai tantangan dalam menerapkan pendekatan manajemen transformatif dalam konteks Indonesia.
Dalam laporannya di sesi pembukaan, Ketua ILUNI PPIM FEB UI Dr. Jacky Mussry menyampaikan harapan agar ajang IMS bisa menjadi salah satu alternatif wadah untuk mengonvergensikan para akademisi dan praktisi dari berbagai latar belakang: perguruan tinggi, industri, dan pemerintah. Jacky menyampaikan apresiasi kepada sejumlah guru besar FEB UI yang rela “turun gunung” dan mau berbaur horizontal dengan para praktisi yang mungkin sebagian dulu adalah murid-murid mereka. “Tidak mudah meminta komitmen waktu dan tenaga para narasumber dan moderator karena semua punya kesibukan dan prioritas. Namun dengan mengandalkan jejaring ILUNI PPIM FEB UI akhirnya banyak sekali tokoh-tokoh penting berkenan hadir berkontribusi di ajang IMS 2024 ini,” imbuh Jacky.
ILUNI PPIM FEB UI juga berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk bisa merealisasikan IMS 2024 yang orientasinya tidak komersil dan mengedepankan sejumlah idealisme. Jacky juga menegaskan bahwa IMS bukan wadah untuk menambah kegaduhan, bukan wadah untuk mencari muka, atau show off untuk cari jabatan, atau sekadar untuk kelihatan keren. “IMS kita jaga agar konsisten non-politis, semata beritikad baik menyumbangkan pemikiran konstruktif dan konkrit untuk kemajuan Indonesia,” tegasnya.
Dalam sambutannya Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Prof. Abdul Haris menyatakan, “Saya rasa acara ini menyuguhkan tema yang menarik karena dapat mencerminkan sebuah kebutuhan mendesak untuk kita semua untuk bisa mengoptimalkan manajemen dan juga strategi yang transformatif dalam pelayanan untuk mencerdaskan bangsa dan memajukkan negara.”
Di sesi pembukaan Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Dra. Mariana Ginting menyatakan bahwa Perpustakaan Nasional RI harus terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk menghadapi perubahan zaman dan tetap relevan di era disrupsi. Oleh karena itu, perpustakaan perlu bertransformasi menjadi pusat informasi dan diskusi yang dinamis agar tidak ditinggalkan oleh pemustaka.
Juga di sesi pembukaan Dekan FEB UI Teguh Dartanto, Ph.D. dalam sambutannya menyatakan bahwa Indonesia masih tertinggal meski memiliki sumber daya melimpah, karena kurangnya keterampilan manajerial dan kepemimpinan yang efektif. Untuk maju, diperlukan visi, misi, aksi, dan amunisi yang tepat, serta manajemen yang dinamis dan sinergis dalam mengelola sumber daya bangsa.
Dalam paparan utama yang disampaikan oleh Prof. Bambang Brodjonegoro di agenda selanjutnya yang mengingatkan bahwa Indonesia perlu cerdas dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan teknologi digital untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas. Fokus pada investasi manufaktur dan manajemen mikro yang baik sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing global.
Disamping sesi pembukaan dan penutupan, pembahasan terkait upaya meningkatkan kemampuan daya saing Indonesia melalui penerapan kapabilitas manajemen transformatif secara koletif dibagi menjadi empat sesi yaitu Sesi Pagi 1 dan Sesi Pagi 2, serta Sesi Siang 1 dan Sesi Siang 2.
Sesi Pagi 1 dibuka dengan paparan yang disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumens sekaligus Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Dr. Friderica Widyasari Dewi, S.E., MBA bertajuk “Volatilitas Makroekonomi dan Kompleksitas Mikroekonomi: Harmonisasi dalam Ketidakpastian.” Dalam paparannya Friderica mengingatkan bahwa untuk menghadapi ketidakpastian global dan tantangan ekonomi, kita perlu mengintegrasikan kebijakan makro dan mikro, memperkuat stabilitas sektor jasa keuangan, serta mendorong kreativitas dan inovasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Diskusi panel di Sesi Pagi 1 dimoderatori oleh Dr. Soebowo Musa membahas dikotomi makroekonomi dan mikroekonomi menghadirkan Komisaris Garuda Indonesia Chairal Tanjung, Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Manajemen FEB UI Zaäfri Ananto Husodo, M.M., Ph.D., dan Ketua Umum, Asosiasi Pengusaha Indonesia (2018–2023) Dr. Hariyadi Sukamdani. Mereka menyepakati bahwa dari sisi praktisi, Indonesia masih perlu memperbanyak berbagai kebijakan makroekonomi yang relevan dalam membantu pengusaha di Indonesia.
Mereka juga menyatakan bahwa kebijakan makroekonomi yang tepat berdampak pada semakin produktifnya manajemen mikro, terutama dalam menjalankan berbagai proses bisnis. Dari sisi akademisi, melihat jarangnya pakar mikroekonomi yang diperlukan untuk menjadi mitra para pakar makroekonomi yang sudah cukup banyak di Indonesia. Sementara dari sisi pengusaha menyoroti perlunya suatu perencanaan yang lebih matang bagi para pembuat kebijakan di pemerintahan sehingga bisa lebih sesuai dengan kondisi di lapangan dan dapat memberikan solusi yang relevan.
Sesi Pagi 2 diawali dengan paparan oleh Ketua Departemen Manajemen FEB UI Prof. Dr. Irwan Adi Ekaputra, M.M. yang menyampaikan bahwa, menurut perspektifnya, perusahaan menekankan dua prinsip utama, yaitu: pertumbuhan dan risiko. Valuasi perusahaan didasarkan pada potensi pertumbuhan untuk meningkatkan keuntungan dan kemampuan dalam mengelola risiko guna menghindari kerugian. Untuk itu, prinsip keuangan perusahaan harus fokus pada strategi yang menyeimbangkan kedua aspek ini, dengan mempertimbangkan data historis dan proyeksi masa depan. Ini penting untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi pemangku kepentingan melalui pertumbuhan yang berkelanjutan dan pengelolaan risiko yang efektif.
Diskusi panel di Sesi Pagi 2 yang dimoderatori oleh Dr. Ciska Tobing membahas topik kompetensi dan kinerja menghadirkan Ketua Ikatan Akuntan Indonesia Dr. Ardan Adiperdana, Ketua Umum Indonesia Strategic Management Society Prof. Sari Wahyuni, S.I.P., M.Sc., Ph.D. dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Nicholas Mandey. Ardan menjelaskan bahwa akuntan bukan hanya pencatat keuangan tetapi juga mitra strategis yang membantu pengambilan keputusan, mengelola risiko, dan membangun kepercayaan melalui pelaporan yang transparan. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengembangkan kompetensi, meningkatkan kesadaran, dan mengadopsi teknologi dalam profesi akuntansi.
Mereka menyepakati bahwa perusahaan harus menyeimbangkan upaya untuk tumbuh dengan manajemen risiko yang efektif guna mencapai stabilitas dan keberlanjutan jangka panjang. Kemudian, strategi pemasaran yang jelas harus diukur dengan mempertimbangkan faktor pasar dan non-pasar. Dalam proses pembuatan undang-undang, pelaku usaha perlu dilibatkan secara aktif, bukan hanya sebagai objek sosialisasi. Hal ini penting agar mereka dapat menjadi agen perubahan, karena pemerintah tidak dapat bekerja sendiri; perlu ada kolaborasi yang kuat dan kesadaran akan krisis.
Sesi Siang 1 dimulai dengan paparan berjudul “Membangun Ekosistem Antar-Lembaga di Indonesia yang Selaras dan Bersinergi: Relevansi dan Inisiatif Strategis” yang disampaikan oleh Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Syarifah Liza Munira, Ph.D. Dalam paparannya Liza mengemukakan bahwa salah satu visi Indonesia untuk tahun 2045 adalah kesehatan untuk semua, yaitu dengan menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Masalah kesehatan di Indonesia mencakup isu-isu besar dan baru, termasuk masalah gaya hidup dan kesehatan mental.
“Untuk itu, pemerintah sedang melaksanakan beberapa agenda transformasi kesehatan antara lain transformasi di bidang primer, rujukan, sistem, pembayaran, SDM, dan teknologi. Agar dapat mencapai hasil transformasi yang optimal diperlukan perencanaan strategis dan kolaborasi antar pihak,” lanjut Liza.
Diskusi panel di Sesi Siang 1 yang dimoderatori oleh Dr. Boto Simatupang memfokuskan diskusi pada penyelarasan dan sinergitas antar-lembaga menghadirkan Direktur Utama Mandiri Sekuritas yang sekaligus Komisaris Bursa Efek Indonesia Dr. Oki Ramadhana, Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Logistik UI Vita Silvira, S.E., MBA, dan Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra. Mereka menyoroti fenomena berbagai perusahaan yang cenderung fokus pada stabilitas masing-masing. Alih-alih bisa turut memperkuat ekonomi Indonesia jika masih terlalu disibukkan untuk memastikan keberlanjutan masing-masing perusahaan. Salah satu solusi yang perlu dilakukan adalah dengan fokus terhadap pembentukan ekosistem yang kuat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pada sesi ini juga dikupas bahwa universitas masih harus terus mencari sumber dana untuk mendukung riset dan pendidikan sehingga perlu adanya kolaborasi dengan pemerintah, industri, dan alumni universitas untuk memberikan dukungan, khususnya di pendanaan dan fasilitas di ekosistem pendidikan. Sulitnya meningkatkan economic value di sejumlah daerah membuat sinergitas antar-lembaga menjadi krusial, khususnya untuk mendukung mobilitas warga yang dapat terlibat dalam proses peningkatkan economic value yang merupakan bagian penting dalam upaya peningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Sesi Siang 2 dibuka dengan paparan “Kapabilitas Dinamis Indonesia dan Penerapan Manajemen Transformatif: Permasalahan Mendasar dan Solusi” yang disampaikan oleh Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro. Hilmi menceritakan bagaimana perjalanan MedcoEnergi mengalami pertumbuhan pesat dari 50 karyawan menjadi 20.000 dengan kontribusi pajak mencapai Rp 32 triliun. Perusahaan harus menekankan pentingnya kualitas SDM sebagai kunci transformasi dan pengembangan perusahaan. MedcoEnergi fokus pada pengembangan SDM tersebut dan berkontribusi pada pendidikan serta pengentasan kemiskinan, serta mentransfer pengetahuan global kepada SDM lokal.
Sebelum dilanjutkan ke diskusi panel, IMS 2024 mendapat kehormatan dengan hadirnya Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti. Beliau menyampaikan paparan singkat yang menjelaskan bahwa di era global yang tidak bisa dikontrol, Bank Indonesia fokus pada mikroekonomi, memanfaatkan peluang, dan mempersiapkan pola pikir serta teknologi. Meskipun operasi dan instrumen berubah, stabilitas rupiah tetap terjaga, dan pertumbuhan 5% tetap bisa dipertahankan.
Diskusi panel di Sesi Siang 2 yang dimoderatori oleh Dr. Mira Maulida mengetengahkan tema kapabilitas dinamis Indonesia dan manajemen transformatif menghadirkan Chairman Forum Jazz Indonesia Dr. Chico A. E. Hindarto, Executive Chairman IBM Indonesia Dr. Omar S. Anwar, dan Chairman Indonesia Pure Data Centres Group (UK) Dr. Darwin Silalahi yang mengulik pentingnya teknologi dalam ekonomi global, namun sayangnya kontribusi teknologi terhadap GDP Indonesia masih sangat rendah. Oleh karena itu, Indonesia harus meningkatkan investasi di teknologi, khususnya dalam memanfaatkan AI sebagai bagian untuk mencapai sasaran Indonesia Emas 2045.
Selain itu, mereka juga menyoroti adanya ketakutan dalam sektor privat mengenai kemungkinan kriminalisasi kebijakan, yang menghambat proses transformasi. Oleh karena itu, diperlukan protokol yang jelas untuk melindungi pengambilan kebijakan dan mengurangi hambatan yang disebabkan oleh ketakutan akan kriminalisasi. Terakhir, transformasi organisasi sangat bergantung pada kualitas SDM yang memerlukan peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu, perusahaan harus fokus pada pengembangan kapabilitas SDM untuk memastikan yang terbaik dan berkontribusi secara maksimal pada pembangunan nasional.
Setiap sesi sejak pagi hingga sore selalu disertai dengan dua opini singkat, masing-masing dari para akademisi dan praktisi. Dari perspektif akademisi opini disampaikan oleh Sekretaris Program Studi Pascasarjana Ilmu Manajemen FEB UI Prof. Sri Rahayu Hijrah Hati, S.E., M.Si., Ph.D., Guru Besar FEB UI Prof. Ir. Ruslan Prijadi, M.B.A., Ph.D., Akademisi Senior FEB UI Budi W. Soetjipto, DBA, dan Guru Besar FEB UI sekaligus Wakil Komisaris Utama Bank BRI Prof. Rofikoh Rokhim, S.E., S.I.P., D.E.A., Ph.D.
Sedangkan dari perspektif praktisi hadir memberi opini antara lain: Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia Ajib Hamdani, Direktur Marketing & Sales Alam Sutera Realty Lilia Sukotjo, Pemimpin/Penanggungjawab Redaksi Infobank Eko B. Supriyanto, dan Chief Executive Officer Alun Alun Indonesia Catharina Widjaja.
Di sesi penutupan para peserta menyimak catatan akhir IMS 2024 yang berjudul “Menuju Indonesia 2030: Bisakah Kita Memanfaatkan Momentum?” yang disampaikan oleh ekonom terkemuka yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia ke-28 Muhammad Chatib Basri. “Pada tahun 2030, Indonesia memiliki potensi besar berkat kesehatan yang semakin baik dan pertumbuhan usaha. Namun, tantangan utama termasuk disrupsi teknologi yang menurunkan produktivitas dan keterbatasan dalam pengembangan human capital. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk meningkatkan produktivitas, memanfaatkan beasiswa dan pelatihan secara efektif, mengembangkan infrastruktur, dan menerapkan regulasi yang jelas dan konsisten,” ungkap Chatib.
Di penghujung rangkaian acara para peserta menyimak dengan seksama orasi berjudul “Pemuda: Kemana Langkahmu Menuju?” yang dibawakan oleh salah satu musikus terbaik Indonesia yang sekaligus alumnus FEB UI Candra Darusman. Candra mengingatkan bahwa peran pemuda Indonesia sangatlah penting dalam menentukan masa depan Indonesia. Candra menutup orasinya dengan mengajak seluruh peserta untuk bersama-sama menyanyikan lagu “Pemuda” karyanya yang sekaligus menjadi judul orasinya.
Selain dari pemaparan oleh sekian banyak tokoh penting, IMS 2024 juga menganugerahkan penghargaan “Purnaguru Manajemen” dan “Ikon Abadi Manajemen” kepada sejumlah tokoh di Indonesia. Penghargaan “Purnaguru Manajemen” diberikan oleh ILUNI PPIM FEB UI kepada guru-guru ilmu manajemen yang telah memberikan kontribusi besar dalam berbagi pengetahuan, berbakti di berbagai lembaga pendidikan, dan memberikan dampak positif bagi banyak orang. Penghargaan ini diserahkan oleh Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Manajemen FEB UI Zaäfri Ananto Husodo, M.M., Ph.D. kepada: Prof. Teddy Pawitra; Prof. Martani Huseini; Budhi Sugarda, MBA; Dr. Setyo Hari Wijanto; dan Dr. Albert Widjaja.
Sedangkan “Penghargaan Ikon Abadi Manajemen” diberikan kepada praktisi atau akademisi manajemen yang telah menunjukkan dedikasi luar biasa semasa hidup mereka dalam berbagai praktik terbaik manajemen, menjadi teladan, dan mewarisi pelajaran berharga bagi masyarakat. Penghargaan ini diserahkan oleh Sekretaris Program Studi Pascasarjana Ilmu Manajemen FEB UI Prof. Sri Rahayu Hijrah Hati, S.E., M.Si., Ph.D. kepada Insana Habibie mewakil Almarhum Prof. Bacharuddin Jusuf Habibie; Clara Wahyudi Prakarsa mewakili Almarhum Prof. Wahyudi Prakarsa; Nana Indraswari mewakili Almarhum Prof. Firmanzah; Egidius Situmorang mewakili Almarhumah Dr. Mooryati Soedibyo; Kartika Tanri Abeng mewakili Almarhum Dr. Tanri Abeng; dan Dinar beserta kedua putrinya Amanda dan Amelia mewakili Almarhum Dr. Handry Satriago.
Sebagai bagian dari IMS 2024, ILUNI PPIM FEB UI juga berhasil mengumpulkan lebih dari 100 karya tulis sumbangan dari para pengajar dan alumni PPIM FEB UI yang langsung diserahkan kepada Perpustakaan Nasional RI. Hasil pembahasan nantinya disusun dalam suatu laporan yang akan diserahkan kepada Perpustakaan Nasional RI dan Presiden RI terpilih yang mungkin bisa menjadi salah satu referensi untuk pemerintah baru mendatang. (*)