Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setujukah Anda jika Jakarta menerapkan jalan berbayar (ERP) untuk mengatasi kemacetan?
(25 September-2 Oktober 2013) |
||
Ya | ||
24,7% | 774 | |
Tidak | ||
74,6% | 2.338 | |
Tidak Tahu | ||
0,7% | 21 | |
Total | (100%) | 3.133 |
Yahoo Indonesia
Setujukah Anda jika Jakarta menerapkan jalan berbayar (ERP) untuk mengatasi kemacetan?
(25 September-2 Oktober 2013) |
||
Ya | ||
70% | 1.678 | |
Tidak | ||
26% | 623 | |
Tidak Tahu | ||
4% | 97 | |
Total | (100%) | 2.398 |
MOBIL murah atau low cost green car (LCGC) membuat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pusing tujuh keliling. Sejak LCGC diluncurkan dua pekan lalu, pertanyaan media tak pernah beranjak dari penolakannya atas kebijakan pemerintah memberikan insentif kepada produksi mobil seharga sekitar Rp 100 juta ini. Penolakan Jokowi berangkat dari keprihatinan melihat kondisi transportasi umum di Jakarta yang masih semrawut. Bersama wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, ia lalu menghidupkan lagi gagasan membuat jalan berbayar (electronic road pricing/ERP) di sejumlah ruas jalan yang padat. Diharapkan, dengan ini, minat orang punya mobil di Jakarta bisa diredam. Jajak pendapat yang digelar situs berita Tempo.co dan portal Yahoo! Indonesia sepanjang pekan lalu menunjukkan bahwa publik terbelah. Sebagian pro-ERP, sisanya menolak. Artinya, perlu sosialisasi lebih intens jika Balai Kota ingin implementasi ERP kelak tak bermasalah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
Edisi 24 Maret 2014 PODCAST REKOMENDASI TEMPO surat-pembaca surat-dari-redaksi angka kutipan-dan-album kartun etalase event Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971 Jaringan Media © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum |