Saya, putra Prof. Dr. H. Kadirun Yahya sekaligus koordinator surau beliau di banyak tempat, agak keberatan terhadap Laporan Khusus TEMPO, 18 Juli 1992. Sebab, berita yang ditampilkan menggiring opini publik seolah-olah ayah saya itu berprofesi dukun. Orang tua saya berprofesi sebagai ulama atau tokoh sentral dari ratusan surau Tarikat Naqsabandiyah pada beberapa tempat di Indonesia dan luar negeri. Ia juga cendekiawan (rektor dan guru besar), politikus (caleg dari salah satu OPP), dan sebagai pembina berbagai organisasi Islam. Jadi, pengobatan yang diberikan oleh beliau kepada yang membutuhkannya hanyalah kegiatan sampingan. Menurut ayah saya, bagi seorang muslim, kepandaian mengobati adalah hal yang lumrah. Sebab, bagi muslim yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, akan dapat menyelami isi Quran, yang di dalamnya terkandung ilmu pengobatan bagi segala penyakit (Quran surat Al Isra ayat 82). Saya pribadi berpendapat, sebagai umat yang beragama kita harus mengakui adanya pengobatan dengan tenaga mukjizat yang tidak lumrah dipandang dari sudut ilmu biasa. Hal itu ditunjukkan dalam banyak riwayat nabi-nabi. Maka, pendalaman ilmiah terhadap hal ini memang perlu dilaksanakan. ISKANDAR ZULKARNAIN Kampus Univ. Pembangunan Panca Budi Jalan Jend. Gatot Subroto Km. 4,5 Medan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini