INI memang bukan kabar yang menggembirakan. Bagaimanapun harus diberitahukan pada Anda: mulai minggu depan, terhitung penerbitan 2 Februari, harga TEMPO naik dari Rp 2.250 jadi Rp 2.800. Kenaikan harga itu, yang dengan berat hati kami lakukan, karena biaya liputan, harga kertas, ongkos cetak, dan biaya pengiriman (terutama untuk pelanggan di luar Jakarta) terus membubung. Tetap bertahan dengan harga lama sulit sekali bagi kami untuk bisa memberikan yang terbaik buat Anda. Bagaimana mungkin kami bisa mengirim wartawan meliput Perang Teluk, misalnya, kalau keuangan perusahaan tak mengizinkan? Untuk sekadar Anda ketahui, sesungguhnya biaya produksi TEMPO sudah naik sejak tahun lalu. Namun, kami mencoba tetap mempertahankan harga (sesudah kami naikkan pada 1987) dengan menekan biaya di sana-sini. Kini, dengan harga bahan yang membubung, keadaan tersebut tak mungkin lagi kami pertahankan. Kendati demikian, dan ini bukan untuk mencari, pembenaran, jika mau dibandingkan dengan harga majalah sejenis, harga baru TEMPO masih tergolong rendah. Kami tahu kenaikan harga ini tentu akan membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu pada kami. Anda, sebagai konsumen, tentu akan menuntut lebih pada kami, seperti berita lebih aktual, lebih bervariasi, dan lebih awal terbit agar pembaca di luar Jakarta bisa membaca TEMPO hampir bersamaan dengan pembaca di Ibu Kota. Kami sadar betul akan tuntutan Anda itu. Maka, kami melakukan berbagai perbaikan di sana-sini guna meningkatkan mutu majalah. Di bidang peliputan berita, misalnya, kami tengah memperluas jaringan ke segenap pelosok Tanah Air, dan kota-kota penting di luar negeri. Di dalam negeri, kami antara lain sudah membuka pusat liputan di Palembang, yang sebelumnya berada di bawah koordinasi Biro Medan. Segera akan menyusul pusat-pusat liputan di Indonesia Bagian Timur. Sedangkan di luar negeri, setelah kami membuka pusat liputan di Bangkok, segera akan dibuka pusat liputan di Kairo dan Paris, yang sebelumnya kami berupa kantor pembantu. Di samping itu, kami juga punya pembantu tetap di Italia, Prancis, Jerman Barat, Negeri Belanda, Denmark, Iran, Muangthai, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, dan Australia. Janji kami akan memberikan yang terbaik bagi Anda bukan omong kosong. Dalam Perang Teluk, misalnya, beberapa hari sebelum pasukan multinasional menyerbu Irak, koresponden TEMPO di Bangkok, Yuli Ismartono sudah berada di Baghdad. Maka, ketika bom-bom berjatuhan di Irak, kami was-was akan Yuli, yang sampai Jumat petang pekan lalu putus kontak dengan Jakarta. Alhamdullilah, Jumat tengah malam, seorang rekan dari televisi CBS menelepon dari Amman. Pesannya: Yuli berhasil mencapai Amman dengan selamat -- setelah menempuh perjalanan panjang mencapai perbatasan Yordania di sela-sela dentuman bom. Ke mana Yuli? Ternyata, ia langsung mengetik laporan mengenai situasi di daerah yang dilewatinya agar Anda bisa mendapatkan informasi dari tangan pertama (lihat Laporan Utama). Selamat membaca.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini