Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Keramik batak

Industri kerajinan tangan dari pandan, rotan, bambu, dan keramik di sumatera utara mulai dibina oleh di nas perindustrian berupa penyuluhan, pemberian kredit, pemasaran dan pengembangan mutu. (ils)

13 Desember 1975 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIAM-DIAM sebenarnya banyak juga yang dapat diceritakan mengenai industri kecil di Sumatera Utara. Misalnya pembuatan kap lampu dan hiasan dinding dari rotan dan bambu. Keset kaki dari sabut kelapa dan berbagai kerajinan tangan kayu yang diukir dari Tanjung Kassau (seperti di Jepara). Korsi dan meja dari bambu atau anyaman tikar, topi dan selop pandan dari kabupaten Deli Serdang. "Kenyataan ini memberikan angin segar bagi kita", komentar Ir S. Lumban Tobing kepada TEMPO di Medan. "Lebih dari itu", tambah kepala Dinas Perindustrian Sumatera Utara tersebut, sudah ada 14 perusahaan industri kecil yang kita beri penyuluhan. Dan hasilnya sangat memuaskan". Penyuluhan yang diberikan Dinas Perindustrian itu bukan saja dari segi pemilihan bahan dan teknis mengerjakannya. "Juga soal disain", kata Tobing lagi. "Untuk itu ada tenaga ITB yang kita minta tolong". Menolak Banjir Tapi ngomong-ngomong Tobing merasa khawatir juga melihat banjir pesanan dari luar. Terutama dari Singapura, Hong Kong dan sementara negara Eropa. "Ada yang minta topi pandan sampai 5.000 huah", katanya. "Kalaulah kontrak ini kita penuhi, pada suatu ketika barang itu belum siap, risikonya tentu kitalah yang menelannya. Sebab itu, setiap ada permintaan, kita pertimbangkan apakah permintaan itu logis atau mengada-ada saja. Apalagi kalau permintaan ini ada hubungannya dengan pariwisata. Bisa saja ganti musim ganti pula selera? sedangkan pesanan belum siap". Sebab itulah, sampai hati ini permintaan dalam partai besar terhadap kerajinan tangan itu "belum kita penuhi", tambah Tobing. Pedomannya "biarlah kita bergerak pelan tapi hasilnya pasti". Itu baru dalam soal hasil anyam dan ukiran dari kayu. Menyinggung soal perkembangan keramik yang milai ramai juga dikenal orang di Medan. Tobing menyebutkan, bahwa "hasil-hasil itu adalah keluaran dari Petumbak, Baringin, Labuhan ratu dan Asahan". Dan Tobing berbangga: "Dari hasil penyuluhan kilat yang kita berikan belum lama ini, lihatlah hasilnya. Disain dan cara mengerjakannya tidak kalah dengan buatan Tiongkok". Sekarang yang sedang dipikirkan oleh Dinas Perindustrian bagaimana memasarkan hasil keramik itu. Dalam soal yang satu ini memang ada hubungannya dengan Proyek & Pengembangan Industri Kecil (BIPIK) Departemen Perindustrian. BIPIK sendiri baru berdiri sejak April 1974 dan langsung ditangani oleh Sekjen Departemen Perindustrian, Ir Achmad Slamet. Menurut H. Aziz Miraza dari bagian Promin (Promosi dan Informasi) BIPIK Pusat, "Ini merupakan proyek baru untuk membina industri kecil dan bermodal lemah". Dalam keterangannya ketika ia di Medan, Aziz mengatakan lagi bahwa "BIPIK berusaha mendapatkan dan bukan memberi kredit kepada pengusaha tersebut" . Tapi setelah mereka mendapat uang dari Bak, mereka tidak dilepaskan begitu saja. "Menejemen dan kemana penggunaan uang itu diatur, sehingga uang itu harus dapat kembali lagi". Selain mengusahakan kelancaran mendapatkan modal dan kredit bagi pengusaha kecil, BIPIK juga membuka ketrampilan dan pemasaran tadi. Sementara itu Tobing sendiri hanya mengurusi ketramilan dan pemasaran saja. Misalnya keramik Baringin dari Sipirok (Tapanuli Selatan), yang baru diperkenlkan dalam Medan Fair 1975 kemarin. Kini yang sedang di usahakan Ir Lumban Tobing bagaimana keramik itu dapat diprodusir menjadi pot bunga, ceret, mangkok, tempat abu rokok, guci dan perhiasan untuk mengisi dekorasi rumah dengan motif, desain dan ukiran yang ada di Sumatere Utara. "Seninya tinggi mutunya dan cara mengerjakannya juga tidak terburu-buru dikejar uang". Baik Aziz atau Tobing kelihatannya menyadari apa yang telah terjadi di Bali. "Kerajinan kita jangan sampai terpengaruh dollar saja. Tapi terpelihara juga dalam soal mutu", begitu katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus