Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Lagi, tentang freeport indonesia

19 Desember 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Membaca sanggahan Adrie Mochaibie atas pernyataan Sdr Ir Hendro Walyo, Mine Engineer Freeport Indonesia, tentang kondisi Freeport Indonesia saat ini dan masa lalu (TEMPO, 28 November 1992, Kontak Pembaca) menimbulkan tanggapan dari eks karyawan Freeport. Bukan maksud saya untuk berpolemik dan memperkeruh keadaan yang mungkin bisa mengundang pihak ketiga. Tapi saya ingin meluruskan hal-hal yang tidak benar, yang sebetulnya kami rasakan sebagai engineer selama bekerja di Freeport. Tampaknya Bapak Adrie bukanlah senior kami yang memahami aspirasi kami, meskipun posisi Anda sebagai executive vice president(?). Terus terang, kami belum mengenal Anda selama kami berkarya untuk kejayaan Freeport Indonesia, baik di Jobsite maupun di Kantor pusat Freeport di Jakarta ini. Kami, sebanyak lebih dari 22 orang engineer Indonesia yang bekerja untuk Freeport Indonesia pada semua sektor di Jobsite, pada tanggal 29 November 1989 menandatangani surat pernyataan yang memuat keluhan dan saran-saran serta tuntutan kami kepada manajemen Freeport Indonesia. Versi bahasa Inggris surat pernyataan tersebut sampai pula ke Kantor pusat Freeport di New Orleans (Nola) USA. Inti dari surat pernyataan itu adalah proses Indonesia yang tidak berjalan dengan baik, hampir semua posisi yang strategis dijabat oleh ekspatriat. Kami engineer Indonesia, yang sebetulnya telah mampu mensubstitusi pekerjaan mereka, hanya mengisi posisi yang tersisa, yang tidak begitu berarti. Sedangkan senior kami (manajer Indonesia) sebenarnya lebih banyak menangani pekerjaan yang bersifat administratif dan protokoler serta berperan sebagai mediator yang menjalankan skenario yang telah di set-up dari Kantor pusat Freeport di USA. Singkat kata, mereka kurang punya authority. Di Samping itu ada beberapa expatriat yang sebetulnya bukan tenaga ahli, tapi menduduki posisi kunci. Dan hal yang umum adalah kesenjangan dalam fasilitas yang diperoleh antara staf Indonesia dan asing. Sebagai tanggapan dari pihak manajemen, Bapak Usman Pamuntjak (ketika itu sebagai President Freeport Indonesia), adalah meminta agar kami engineer Indonesia dimohon bersabar menunggu pihak manajemen berusaha memenuhi sedikit tuntutan kami tersebut. Namun setelah menunggu satu hingga dua tahun perubahan yang kami nantikan sangat tidak berarti. Akhirnya sebagian dari engineer Indonesia yang menandatangani surat pernyataan terse but mengundurkan diri. Dalam sejarah Freeport, kejadian itu merupakan eksodus yang ketiga kalinya . Mengenai jumlah expatriat yang pasti di Freeport Indonesia ini cukup banyak, kurang lebih 360 orang. Terbanyak adalah warga negara Amerika Serikat dan Australia, sedangkan tenaga kasar asing yang dominan adalah dari Filipina, kurang lebih 300 orang. Sisanya dari Eropa dan Asia. Seandainya apa yang dikatakan oleh Bapak Adrie Machribie dalam Kontak Pembaca TEMPO tersebut benar, itu tentunya merupakan suatu kemajuan besar dan kami turut merasa bangga. Nama dan alamat ada pada Redaksi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus