Saudara Irfan Maulana bertanya tentang tampang Gajah Mada (TEMPO, 3 Oktober 1992, Kontak Pembaca). Patung (kepala) Gajah Mada yang kita ketahui dewasa ini diperkenalkan oleh Prof H. Muhammad Yamin SH dalam bukunya Gajah Mada (Balai Pustaka, 1945). Patung itu ditemukan oleh Ir H. Maclaine Pont di Trowulan Mojokerto, Jawa Timur, persisnya di bekas areal kediaman Gajah Mada ketika pada masa kerajaan Mojopahit dulu. Maclaine menyebutkan hasil temuannya itu sebagai patung Gajah Mada. Patung yang berukuran lebih kurang sebesar tinju orang dewasa itu terbuat dari teracota, semacam tanah liat dibakar. Dulu patung itu berbadan utuh, sekurang-kurangnya setengah badan, itu terbukti pada bekas pecahan di bagian leher patung tersebut. Penemuan Maclaine itu diragukan kebenarannya, antara lain dengan alasan tidak ada inskripsi yang positif yang menyatakan patung yang dimaksud adalah Gajah Mada. Sebagai tokoh ketika itu, kalau dipatungkan, tentu patung Gajah Mada tidak terbuat dari tanah liat, tapi dari batu. Di sebelah kepala patung Gajah Mada yang ditemukan Maclaine itu terdapat sebuah lubang, mungkin untuk memasukkan uang ke dalamnya. Untuk jelasnya lihat Soejono, Prof Dr Sutjipto Wirjosuparto mengatakan bahwa patung Gajah Mada tak dapat dipertanggungjawabkan (Selecta, Nomor 273, 12 Desember 1966, halaman 23) Gajah Mada juga dikenal dengan nama Empu Mada, Jaya Mada, Dwirada Mada, dan Lembu Muksa. Tapi terdapat pula hal-hal yang tidak diketahui tentang pribadinya. Antara lain tentang tahun dan tempat kelahirannya, ibu-bapaknya, dan di mana dikuburkan. RIDWAN AZWAD Dispenda Aceh Jalan T. Nyak Arif 120 Blang Pinenung Banda Aceh 23125
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini