Beberapa minggu lalu, ada berita sekilas di TVRI tentang Menteri Soesilo Soedarman menerima Annabel Teh Gallop, Kurator British Library, London. Beberapa hari kemudian, dalam salah satu harian Ibu Kota, diberitakan bahwa telah ditandatangani perjanjian kerja sama untuk mengadakan "pameran surat dan naskah asli yang didukung oleh reproduksinya" pada September 1991 di Jakarta dan Yogyakarta. Lebih jauh dijelaskan, yang akan dipamerkan itu antara lain surat dari Sultan Iskandar Muda di Aceh kepada Raja James I di Inggris (1615), yang panjangnya hampir satu meter. Juga akan dipamerkan surat-surat dalam bahasa Melayu dari Raja-Raja Pontianak, Madura, Bali, Riau, dan Lingga kepada Sir Thomas Stamford Raffles, Letnan Jenderal Inggris, sekitar tahun 1816. Sungguh menarik, dalam Visit Indonesia Year ini diadakan pameran manuskrip sebagai uluran tangan Inggris. Lebih-lebih lagi, pada tahun lalu, pernah diberitakan bahwa pemerintah Inggris akan menyerahkan sejumlah besar mikrofilm dari semua manuskrip yang tersimpan di Inggris kepada Perpustakaan Nasional, yang ketika itu baru diresmikan Presiden. Pameran seperti ini memang jarang diadakan. Saya tak ingat, dulu pernah terbetik berita mengenai penyelenggaraan pameran manuskrip yang indah dan bersejarah milik Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Seingat saya, Museum Nasional pernah mengadakan pameran manuskrip yang dipersiapkan dengan baik pada 1983. Di situ, yang menarik pengunjung antara lain adalah Babad Diponegoro (1.151 halaman) yang ditulis di Manado pada 1832. Juga silsilah Raja-Raja Jawa, yang dikenal dengan sebutan rapel Adam. Silsilah itu ditulis dengan tinta hitam dan emas dalam aksara Arab dan Jawa dengan ukuran: 215 X 42,9 cm. Sekarang, semua manuskrip itu sudah dipindahkan ke Perpustakaan Nasional kita. Di gedung utama Perpustakaan Nasional ada ruangan besar, tempat pameran tetap. Di situ, disajikan manuskrip buku-buku langka dan tua, dan dokumen-dokumen penting dengan display yang dikerjakan secara sangat profesional. Tetapi, sayangnya, pengunjung ke sana sebulannya tidak sebanyak pengunjung ke pameran perhiasan permata dari luar negeri yang diadakan di salah satu hotel mewah di Jakarta, walau penyelenggaraannya hanya sehari dua hari saja. Liputan media massa pun tak sebanding pula. Kilauan permata yang harganya melangit itu selalu dapat menarik media elektronik dan media massa secara panjang, tetapi tidak demikian halnya dengan pameran manuskrip selama ini di tanah air kita. Semoga pameran langka "Pameran Surat Raja-Raja Nusantara" yang didukung British Council dalam Visit Indonesia Year ini mendapat sambutan yang diharapkan. Semoga ... semoga, Bapak Soesilo Soedarman. S.W.R. ETTI MULYADI Kompleks P dan K 7 Kemandoran 8, Palmerah Jakarta 12210
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini