SEBAGIAN anggota sidang redaksi mengernyitkan alis ketika dalam rapat pekan lalu cerita soal Filipina diusulkan untuk Laporan Utama sekali lagi. Tetapi, perkembangan Filipina kali ini memang dramatis. Hari Jumat siang -- setelah adu argumentasi diantara anggota sidang redaksi - kami memutuskan Filipina harus muncul di kulit muka untuk ketiga kalinya. Pada saat itu juga, artawan kami Isma Sawitri dan Seiichi Okawa yang sudah di Manila sejak akhir bulan lalu mengabarkan, mereka sudah mewawancarai tokoh Gereja Katolik yang menentang Presiden Marcos, Jaime Kardinal Sin. Gambar kulit muka pun dipesan. Pelukis "cat sembur" Oentarto -- silakan baca nomor Suplemen yang kami tempelkan gratis bersama nomor ini pun menampilkan Kardinal Sin di sampul. Persiapan untuk Laporan Utama sudah dilakukan di Jakarta dan Manila sejak Jumat. Segalanya berjalan hampir mulus seperti direncanakan. Tapi tiba-tiba ada perkembangan baru yang terdengar Sabtu malam dan Minggu pagi. Dari Manila datang berita tentang percobaan kudeta dan Cory (Corazon) Aquino dituduh di belakangnya. Kemudian tiba pula laporan pembangkangan Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile dan Letjen Fidel Ramos. Itulah berita yang kami terima pula dari kedua wartawan kami di Manila yang mengikuti serangkaian jumpa pers Enrile dan Ramos di markas kedua tokoh Filipina itu. Perubahan rencana pun segera dilakukan. Tak ayal lagi, kantor TEMPO yang di hari Minggu secara resmi istirahat, dibuka. Sejumlah orang TEMPO -- dengan membatalkan acara pribadi -- siang itu datang ke kantor. Perubahan kulit muka dan cerita dirumuskan dalam rapat darurat yang diadakan antara Pemimpin Redaksi Goenawan Mohamad, Koordinator Redaktur Pelaksana Herry Komar, Kepala Bagian Produksi & Tata Muka S. Prinka, dan Koordinator Biro koresponden luar negeri, Didi Prambadi. Di lapangan, kedua wartawan kami di Manila juga berbagi tugas untuk mengumpulkan laporan dan menglkuti perkembangan yang sangat cepat itu. Di samping itu, Isma Sawitri dengan telaten mempersiapkan Laporan Utama ini setelah selesai wawancara dengan Kardinal Sin. "Saya beruntung bisa ketemu dan beliau siap sekali untuk diwawancarai," tutur Isma yang memakai berbagai jalur untuk mendapatkan peluang berharga itu. Cory juga bersedia memberikan wawancara kepada TEMPO, walau secara tertulis. Semua itu tentu melelahkan. Okawa merasa "teler", tapi berbahagia menyaksikan suatu sejarah yang sedang berjalan dramatis -- idaman setiap wartawan sejati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini