Ada beberapa hal yang perlu saya kemukakan sehubungan dengan tulisan Leila Chudori tentang The Weaverbirds Versi Hunter (TEMPO, 23 Maret 1991, Buku). Pertama, setiap buku yang dihasilkan oleh sebuah penerbit jelas mengaitkan lebih dari satu orang: penyunting, staf penyunting, dan penasihat-penasihat lain yang mungkin diajak ikut menyempurnakan naskah yang diterbitkan. Dalam hal The Weaverbirds Versi Hunter, jelas pada catatan sampul ada beberapa orang, selain penerjemah yang ikut mengerjakan naskah. Maka, bukankah lebih tepat kalau "Versi Hunter" disebut "Versi Lontar"? Kedua, memang ada baiknya Leila mengemukakan beberapa kekurangan-kekurangan saya dalam menerjemahkan Burung-burung Manyar. Saya selalu memegang prinsip yang telah lama di Nusantara ini, yakni bahwa seorang penulis harus sanggup "menerima dengan senang hati semua teguran yang hendak memperbaiki karyanya". Maka, saya menerima komentar dan pembahasan Leila dengan baik, sebagai dorongan agar saya tetap berusaha mencari jalan yang terbaik untuk menyempurnakan versi saya, supaya pada saatnya boleh diterima dengan wajar, baik oleh Romo Mangunwijaya maupun para pembaca umum. Akhirnya, saya telanjur menyatakan bahwa saya bukan tipe orang Barat yang suka "menumpang" pada nama sastrawan setempat, melainkan tipe pencinta sastra yang tetap menghargai dan menghayati karya para sastrawan Indonesia. Dan tetap berusaha mengembangkan kesadaran dunia terhadap dunia sastra Indonesia, sesuai dengan tujuan Yayasan Lontar. THOMAS M. HUNTER, JR Program ASA, d/a Mudita Inn Peliatan, Ubud 8057 Bali
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini