Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

prelude

Liputan Difabel

KELUARGA besar Tempo yang saya hormati, terima kasih atas liputan khusus “Enam Menguak Senayan” edisi 11-17 Maret 2019. Saya akui laporan tersebut sangat bermanfaat mengangkat popularitas saya yang sedang berkampanye untuk meraih kursi di Senayan.

20 April 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, yang jauh lebih penting, tulisan Tempo tersebut membuat saya dan rekan-rekan difabel di seluruh Indonesia tidak merasa sendirian dalam memperjuangkan Indonesia yang lebih adil dan setara. Masih panjang perjuangan kita untuk melindungi serta memberi akses dan kesempatan setara bagi kelompok rentan: difabel, lanjut usia, perempuan, dan anak-anak. Semoga bisa kita lanjutkan gandeng tangan ini untuk Indonesia yang inklusif.

Anggiasari Puji Aryatie

Yogyakarta

 

Terima kasih kembali. Sukses untuk Anda!

 


 

Kecewa Indomaret Stasiun Tanjung Barat

PADA 5 April 2019, sekitar pukul 22.36, saya membeli sampo Pantene Pro-V [naturecare] 170 mililiter. Harga di rak tertulis Rp 19.900. Setelah saya antre bayar, kasir mengatakan harga sampo Rp 26.500. Saya menanyakan perbedaan harga itu. Bukannya mengecek ke rak sampo, petugas tadi justru berargumen secara arbitrer dan tanpa rasa bersalah bahwa sampo sudah telanjur di-scan di mesin. Karena saya harus memecahkan uang seratus ribu untuk membayar ojek online yang sedang menanti di dekat jembatan penyeberangan orang (JPO) Stasiun Tanjung Barat (sekitar 100 meter dari Indomaret), saya membayar Rp 26.500.

Saya meninggalkan sampo yang sudah saya bayar kepada seorang anggota staf Indomaret lain untuk memeriksa perbedaan harga tadi. Setelah membayar pengemudi ojek online, saya kembali ke Indomaret Stasiun Tanjung Barat untuk mempertanyakan perbedaan harga itu. Petugas kedua masih berdiri di rak sampo meski saya sudah berjalan sekitar 200 meter bolak-balik dari Indomaret ke JPO, lalu kembali ke Indomaret.

Ia mengambil sampo dengan merek yang sama tapi berbeda jenis dan membawanya ke meja kasir. Di sana, ia menawarkan kepada saya menukar sampo tanpa mengembalikan kelebihan harga bayar sejumlah Rp 6.600. Saya bingung dan mencoba mencerna apa yang keliru atas tindakan ini. Jika sampo yang ia tukar dan tawarkan kepada saya memang Rp 26.500 (dan saya tidak tahu kebenaran hal ini), seharusnya ada satu harga di rak yang memang tertulis Rp 26.500.

Saya tidak punya pilihan selain konsisten ingin membeli sampo pertama. Para anggota staf Indomaret itu justru mengomel tidak keruan. Anggota staf lain bahkan memegang pundak saya. Sepertinya Indomaret tidak melatih stafnya mengenai etiket sehingga anggota staf yang terakhir ini justru cengengesan ketika saya tanya tujuan dia menyentuh saya.

Kejadian buruk ini makin meyakinkan saya untuk tidak lagi berbelanja di Indomaret. Semoga perbedaan harga antara di rak dan di kasir tidak bersifat sistematis.

 

Q.A.H. Firdaus

Jagakarsa, Jakarta Selatan

 


 

Mencari Solusi Sampah Puntung Rokok

BEBERAPA waktu lalu, penelitian Truth Initiative menyatakan puntung rokok merupakan sumber pencemar utama di laut. Puntung rokok yang dibuat dari bahan selulosa asetat, sejenis plastik yang sulit terurai, diperkirakan menyumbang hingga 40 persen polutan di laut. Maka tak mengherankan jika menemui sampah puntung rokok di sejumlah pantai dan di spot snorkeling atau diving di Indonesia bukan hal sulit.

Ini membuat kekhawatiran terhadap nasib biota laut yang menjadi salah satu kebanggaan Indonesia. Kita tidak perlu tutup mata bahwa keanekaragaman bawah laut Indonesia merupakan salah satu alasan banyak turis bersedia berlibur ke Indonesia berkali-kali, menyelam di spot sama atau berbeda. Puntung rokok dapat menghancurkannya dalam sekejap.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Tobacco Control menunjukkan ikan-ikan dalam sebuah tangki yang tercemar puntung rokok akan mati dalam hitungan empat hari. Sudah seharusnya industri rokok ikut bertanggung jawab memikirkan pengelolaan sampah puntung rokok agar tidak menjadi pencemar lingkungan kelas wahid.

 

Nirmala Larasati

Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus