Terima kasih atas dimuatnya tulisan tentang polipropilen yang diolah menjadi bahan baku alternatif serat tekstil yang memenuhi syarat sebagai bahan sandang. Dan hasil studi itu telah saya pertahankan dalam sidang terbuka Senat Guru Besar ITB pada 20 April 1991 lalu (TEMPO, 4 Mei 1991, Ilmu & Teknologi). Namun, dalam tulisan itu ada yang perlu diralat, di antaranya predikat yang saya peroleh dalam mempertahankan disertasi itu. Saya memperoleh predikat sangat memuaskan, bukan summa cumlaude seperti yang ditulis TEMPO. Di samping itu, hal tersebut dapat diperoleh setelah dilakukan proses kopolimerisasi tempel iridiasi dengan monomer hidrofil seperti asam akrilat (AA), vinil pirolidon (VPO), dimetil aminoetil metakrilat (dame), dan etilenglikol akrilat (ega) pada serat polipropilen. Maka, dengan proses tersebut sifat polipropilen isotktik yang semula sangat hidrofob dengan titik leleh yang rendah 160 derajat celsius, dan mudah rusak dalam penyimpanan, tetapi mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gesekan mekanik. Penelitian awal untuk memanfaatkan polipropilen sebagai bahan baku tekstil sandang sebetulnya sudah dimulai sejak pertengahan 1970-an. Waktu itu ada kerja sama dalam penelitian antara Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil (semula Institut Teknologi Tekstil) dan Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Batan, Pasar Jumat, dan beberapa penelitian di Pusat Studi Nuklir di Saclay Prancis pada 1976-1977. Kemudian studi itu dilanjutkan terutama dalam bidang kinetika reaksi, mekanisme reaksi, karakterisasi, dan studi kestabilan termal dan foto-oksidasi dalam bentuk disertasi pada program S3 di Fakultas Pascasarjana ITB. ISMININGSIH GITOPADMOJO Balai Besar Tekstil Bandung * Terima kasih atas koreksi Anda -- Red.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini