MASUKNYA agama Islam di daratan Kalimantan Selatan rupanya
diawali dari atas. Berbeda dengan Islam di tanah Jawa yang
dipeluk lebih dahulu oleh rakyat kebanyakan. Dalam sejarah
Banjar, orang yang pertama masuk Islam adalah seorang raja yang
semula bernama Pangeran Samodra. Setelah di-Islamkan ia merubah
namanya dengan sebutan Pangeran Suriansyah. Raja inilah oleh
tokoh-tokoh sejarah di Kalimantan Selatan dicatat sebagai
manusia Banjar yang pertama kali mengobarkan api Islam di
daratan Lambung Mangkurat.
Saroso Sundoro SH yang mengumpulkan riwayat Sultan ini,
menuliskan bahwa awal pemerintahannya tidaklah aman. Ia
mempunyai banyak musuh yang justru dikoordinir pamannya sendiri,
Pangeran Tumenggung. Dikirimkanlah pasukan sejumlah 30.000 orang
untuk menggempur kerajaan Pangeran Surianslah. Ketika armada
besar itu sampai di daerah Alalak (pintu gerbang kerajaan
Suriansyah), serta-merta mereka dihantam lebih dahulu oleh
pasukan pangeran Suriansyah di bawah pimpinan patih Masih.
Kemenangan di pihak Suriansyah: lebih 3000 pasukan musuh
dihancurkan, sisanya mengundurkan diri. Tetapi tidak tinggal
diam dengan kekalahan itu, pasukan musuh yang bermukim di
kerajaan Daha diamdiam menggembleng diri untuk pembalasan
dendam.
Karena itu, sebagai orang yang lebihtua dan lebih banyak
pengalaman, patih Masih menasehatkan kepada rajanya untuk
meminta bantuan kerajaan Islam di tanah Jawa, yakni Demak. Patih
nelihat bahwa Demak berkembang pesat sekali, baik perdagangan
maupun pelayarannya. Bahkan armada lautnya mengagumkan. Nasehat
patih diterima Raja.
Usaha Pangeran Suriansyah, setelah mendapat bantuan Demak, ialah
membentuk pasukan tempur yang akan disiapkan menggempur
kedudukan Pangeran Tumenggung di Negara Daha. Dengan kekuatan
40.000 orang berangkatlah bala tentara itu menuju kerajaan paman
sendiri. Di sungai Negara, tepatnya di Sangyang Guntung, terjadi
pertempuran hebat. Tapi karena sudah terlatih dengan baik,
pasukan Pangeran Suriansyah dapat kemenangan gemilang. Dan dalam
arena itu bertemulah dua orang raja yang merupakan seteru tapi
bersaudara. Dan seperti lazimnya walet itu, terjadilah perang
tanding. Maka ketika sang Pangeran Tumenggung berlutut di kaki
Pangeran Suriansyah sambil menangis, raja inipun dengan ikhlas
hati menyerahkan lencana kerajaan Negara Daha kepada Pangeran
Suriansyah. Dan pertempuran selesai.
Panjang Enam Meter
Raja Islam yang pertama ini memerintah tahun 1595-1620. Dia
dikenal tidak melupakan tokoh-tokoh yang telah berjasa semenjak
masa mudanya. Hubungan dengan kerajaan-keajaan lain dibuat, di
antaranya dengan Sampit, Kutei, Sambas dan terlebih-lebih Demak.
Akan kerajaan Demak setelah Pangeran Suriansyah menjadi raja,
karena Demak adalah kunci pertama bagi sejarah-masuknya Islam di
Kalimantan mendapatkan prioritas yang istimewa. Chatib Dayan,
yang dibawa dari Demak dan tidak mau pulang lagi, telah berjasa
mengembangkan agama Islam di Negara Daha sampai akhir hayatnya.
Masalah peradilan dan hukum dikembangkan pula. Mangkubumi Aria
Trenggana, yang dipertahankan oleh Pangeran Suriansyah, ternyata
juga seorang ahli hukum. Ia mengarang undang-undang yang
terkenal dengan "Pedoman Kutara" yang dipakai pengadilan waktu
itu. Sedang patih Balit, patih Balitung dan patih Kuwu diserahi
tugas jaksa, sementara patih Masih mengurus penyitaan barang
untuk Negara.
Mesjid pertama di Kalimantan dibangun di Kuin (Banjarmasin) oleh
Pangeran Suriansyah. Sumber sejarah menyebut ancer-ancer yakni
sekitar 1597 sebagai awal pembangunannya. Mesjid itu sampai
sekarang masih berdiri. Terkenal dalam pembangunan ini tokoh
Aria Melangkan, seorang panglima dari Jawa -- yang konon bisa
menghilang untuk kemudian datang lagi. Panglima inilah yang
pergi sendiri ke gunung Kem iting (Sabah) dan menebang empat
pohon besar dan kayukayu, dan dibawanya sendiri ke Kuin.
Setelah beberapa tahun memerintah Banjar dengan mengembangkan
agama Islam sampai ke luar daerah, raja ini wafat dan dimakamkan
di Kuin sekarang. Makam itu telah mengalami perbaikan dewasa ini
dan mendapat perawatan yang baik. Ia merupakan peninggalan
sejarah yang sangat berharga di Kalimantan Selatan, mengingat
peninggalan-peninggalan lainnya sulit diketengahkan sampai detik
ini. Yang menarik dari makam ini ialah panjangnya yang lain dari
makam biasa. Kira-kira ada enam meter -- sedang panjang orang
biasa tidak sampai demikian. Menurut cerita, itulah lambang
manusia yang mempunyai kedudukan dan kekuasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini