Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA peristiwa bersamaan baru saja kita alami tanpa disadari menyangkut dua sisi kehidupan. Sisi lahiriah dalam bentuk perlombaan memperoleh kekuasaan dan dihadapkan pada sisi batiniah spiritual, tuntutan menahan diri secara sadar dan ikhlas dari beragam syahwat duniawi, yaitu puasa Ramadan. Kata Rasulullah SAW: “Sesungguhnya kalian akan berambisi kepada kepemimpinan. Dan hal itu nantinya akan jadi penyesalan pada hari Kiamat, maka kenikmatan (bayi) yang menyusu dan kejelekan (bayi) yang disapih.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penjelasan beberapa ulama tentang hadis ini adalah kenikmatan bayi yang menyusu adalah nikmat mendapat kedudukan, harta, kelezatan yang nyata dan tidak nyata ketika ia memperoleh kepemimpinan tersebut. Dan kejelekan bayi yang disapih adalah ketika ia berpisah (lengser) dari kepemimpinan, apakah dengan sebab kematian atau sebab lain, juga keburukan saat mendapat hukuman di akhirat atas kepemimpinan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hadis tersebut menunjukkan Rasulullah mencela orang yang mencintai jabatan dan kepemimpinan. Ramadan lebih bermakna sekiranya dihayati oleh kita sebagai umat Islam dan diamalkan dalam perilaku keseharian. Rasulullah sudah mengingatkan manusia agar tidak tamak, tidak bercita-cita dan tidak berambisi terhadap jabatan dan kekuasaan, karena kalau itu diberikan kepada orang yang tidak berhak menerimanya, atau kepada orang yang tidak mampu atau tidak jujur dan amanah, pasti akan terjadi kerusakan di muka bumi dan pemutusan silaturahmi.
Dalam salah satu hadis lain disebutkan iman memiliki lebih dari 60 cabang dan malu adalah bagian dari iman. Ironisnya, rasa malu ini hilang pada sebagian besar pelaku politik di negeri tercinta ini. Surat Al-Anfal ayat 28 menyatakan: “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.”
Hadisudjono Sastrosatomo
Jakarta Pusat
Terima Kasih, Banser
ANAK saya, Sultan Saladin, mengalami kecelakaan tunggal di Desa Tambang, Plantungan, Kendal, Jawa Tengah. Menjelang Idul Fitri 2024, anak saya yang bekerja di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat, Sabtu, 6 April 2024, bermaksud mudik ke Temanggung, Jawa Tengah, mengendarai sepeda motor sendirian.
Bermaksud menyingkat perjalanan selewat Pekalongan, ia tidak mengambil jalur Weleri, melainkan Plantungan, Sukorejo. Mungkin karena jalan yang gelap atau kondisinya lelah, anak saya menabrak pembatas jalan. Bagian kiri sepeda motornya mengenai pembatas. Sepeda motor itu jatuh ke arah kanan.
Karena terluka dan sepeda motornya rusak, meskipun tidak parah, anak saya tetap kaget dan tidak bisa berbuat apa-apa. Untungnya ada dua orang desa yang menolong dan membawanya ke pos Barisan Serba Guna (Banser) Ranting Tambang.
Singkat cerita, anak saya dirawat oleh Banser dan diantar ke toko optik di Sukorejo karena kacamatanya rusak. Melalui majalah kesayangan saya ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dua orang desa itu dan Banser Ranting Tambang. Tidak terbayangkan keadaan anak saya jika tidak ada yang menolong di daerah sepi dan gelap saat mengalami kecelakaan.
Muhisom Setiaki
Temanggung, Jawa Tengah
Berbelanja di Tokopedia
PADA 1 April 2024, saya berbelanja suplemen di lapak Himalayana ID Official di Tokopedia senilai Rp 2.009.650. Saat diterima, barang tidak sesuai dengan deskripsi produk yang dicantumkan pada laman lapak tersebut di Tokopedia. Saya langsung mengajukan komplain. Saya mengajukan solusi penjual mengirim barang pengganti (atau uang dikembalikan). Tokopedia memberi batas waktu kepada penjual untuk merespons paling lambat pada 11 April 2024. Tapi pada 9 April 2024, pukul 07.35, Tokopedia menyatakan transaksi selesai dan hanya mengembalikan biaya ongkos kirim kepada saya sekitar Rp 200 ribu.
Saya sangat kecewa terhadap layanan Tokopedia yang merugikan tersebut. Saya mengajukan komplain lagi, tapi belum juga direspons sehingga saya menulis surat ini. Sungguh berisiko berbelanja di Tokopedia.
Daniel Thie
Surabaya