KETIKA Armada VI Amerika Serikat kembali memasuki Teluk Sidra, yang dinyatakan Libya sebagai perairan terlarang, 29 Maret lalu, kami sudah memutuskan untuk mengangkat peristiwa itu sebagai Laporan Utama. Bahkan kami sudah menurunkan halaman berwarna sebagai pelengkap cerita. Tapi, mengapa tak jadi Laporan Utama? Ternyata, gertak AS itu cuma "perang kembang" - tak ada insiden yang terjadi. Sementara itu, di Jakarta, tim reporter TEMPO mendapatkan cerita yang tak kalah menarik: kasus AIDS, penyakit yang, antara lain disebabkan hubungan sejenis, ditemukan di sebuah rumah sakit swasta. Penderitanya, seorang wanita, yang tertular lewat transfusi darah, meninggal dunia. Maka, kami memutuskan untuk mengganti Laporan Utama edisi 5 April dengan cerita tentang AIDS. Heboh AIDS ternyata tak berakhir sampai di situ. Lima waria unjuk perasaan ke kantor Palang Merah Indonesia. Mereka merasa dideskreditkan oleh pernyataan bahwa mereka merupakan sumber potensial sebagai penyebar AIDS, baik melalui hubungan sejenis maupun lewat transfusi. Selain itu, Menteri Kesehatan Suwardjono Surjaningrat membantah adanya AIDS di sini. Tapi, sumber TEMPO, sambil memperlihatkan sebuah visum dan juga fotokopi laporan kepada Menteri Kesehatan, yakin AIDS telah masuk ke Indonesia. Maka, kami memutuskan untuk menulis Laporan Utama soal AIDS lagi. Apalagi, selama pekan itu, tak ada peristiwa dramatis lain yang layak dijadikan Laporan Utama. Selasa pagi pekan lalu, ketika kami menulis Laporan Utama tentang Penyair Rendra, tentara AS beraksi lagi di Libya. Tripoli dan Benghazi, dua kota penting di Libya, dihajar pesawat pengebom F- 111 AS, yang bertolak dari sebuah pangkalan di Ingris. Sejumlah korban terbunuh - termasuk anak angkat orang kuat Libya Muammar Qadhafi. Tapi, Selasa pagi itu, kami tak mungkin lagi untuk mengganti Laporan Utama. Bisa-bisa TEMPO tak sampai di tangan Anda, Rabu sebelum makan siang, seperti akhir-akhir ini. Toh, kami tetap menulis cerita penyerbuan AS, sekalipun satu halaman. Aksi pengeboman AS ternyata berekor panjang. Gelombang anti-AS meletup di mana-mana: di kota-kota besar Eropa, di Karachi, di New Delhi, di Kuala Lumur, di Jakarta, sejumlah demonstran memprotes aksi pengeboman atas Libya tersebut. Maka, kami memutuskan untuk menulis Laporan Utama mengenai hal itu, sekalipun di Jakarta, pekan ini, berlangsung perebutan Piala Thomas dan Piala Uber - lambang supremasi bulu tangkis dunia. Mengapa Laporan Utama Libya? Tak menarikkah perebutan Piala Thomas dan Piala Uber? Karena puncak pertarungan Piala Thomas dan Uber baru akan terjadi pekan depan, kami memutuskan menggeser peristiwa itu dari cerita sampul. Lalu, kami lebih baik menulis soal gebrakan AS atas Libya. Laporan pekan ini ditulis oleh Isma Sawitri, Susanto Pudjomartono, dan Bambang Harymurti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini