Saya ingin menyampaikan komentar saya mengenai tulisan dan komentar dalam TEMPO mengenai disertasi saya Aplikasi Klinis Ekokardiografi Kontras. Konsep ekokardiografi kontras ditemukan oleh Joyner pada 1967 dan pada 1968 dan 1969 digunakan oleh Gramiak dan Shah untuk mengenal struktur jantung (halaman 6 dari buku disertasi). Pada waktu itu, pemeriksaan ekokardiografi masih relatif baru, sehingga sampai berapa jauh teknik ini bermanfaat masih belum terbukti. Dengan dikembangkannya ekokardiografi dua dimensi, teknik ini mulai berkembang dengan pesat dan hal ini telah merangsang dilakukannya berbagai penyelidikan ilmiah. Banyak segi aplikasi klinis ekokardiografi kontras telah diselidiki dan dilaporkan sarjana lain (buku disertasi Bab IV, halaman 44-95). Beberapa aspek dari aplikasi klinis ekokardiografi kontras ini menjadi dasar penulisan disertasi saya. Penyelidikan dilakukan di Thoraxcentrum, Universitas Erasmus, Rotterdam, dan sebagian diteruskan di RS Cipto sejak 1980. RS Cipto bukan rumah sakit yang memakai teknik ekokardiografi kontras yang pertama di seluruh dunia. Zat kontras yang dipakai memang bisa bermacam-macam, seperti dekstrose 5% dalam air, air garam faali, dan hijau indosianin. (Bab II, halaman 9-14). Pemakaian zat kontras tersebut tidak dicampur/dalam kombinasi. Dr. R.S. Meltzer (saat ini co-director dari NonInvasive Cardiac Laboratory, Mount Sinai School of Medicine, New York) dan Prof. Dr. J . Roelandt (Kepala Departemen Ekokardiografi, Thrax Center, Rotterdam) adalah tokoh kaliber internasional dalam penyelidikar ekokardiografi dan ekokardiografi kontras. Saya bersyukur dapat memulai penyelidikan-penyelidikan mengenai ekokardiografi kontras bersama dan dengan dorongan kedua tokoh tersebut. Bahkan, dalam buku disertasi Dr. R.S. Meltzer mengenai ekokardiografi kontras, salah satu babnya ditulis berdasarkan penyelidikan yang kami lakukan bersama. Disertasi saya sendiri ditulis berdasarkan penyelidikan dalam 5 tahap dan didasarkaan atas publikasi yang diterima dan dilaporkan di majalah atau forum internasional sejak beberapa tahun yang lalu. Tiga di antaranya, dengan kerja sama dari Dr. R.S. Meltzer dan semuanya dengan bimbingan dan co-authorship Prof. Dr. J. Roelandt, Prof. Dr. P.G. Hugenholtz (Direktur Thoraxcentrum Universitas Erasmus Rotterdam, dan Presiden European Society of Cardiology) serta bimbingan Promotor Prof. Dr. R. Utoyo Sukaton. Disertasi telah diterima di Universitas Erasmus, Rotterdam, sebelum diajukan di Universitas Indonesia. Disertasi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan tokoh-tokoh tersebut dan banyak rekan sekerja saya di Rotterdam dan Jakarta. Tanpa jerih payah mereka, disertasi ini tidak akan terwujud. Bagian yang mungkin paling banyak menarik perhatian dunia kedokteran ialah penyelidikan mengenai aliran darah di otot jantung (perfusi miokardium). Penyelidikan perfusi miokardium dengan ekokardiografi kontras telah dicoba oleh Yasui (1982) dengan renografin, tetapi hasilnya tidak reprodusibel dan cairan itu diketahui dapat memberi efek samping yang tidak ringan (Bab IX, halaman 155-172). Cairan yang saya pakai bukan indosianin atau renografin, tetapi larutan koloid polijelin yang belum pernah dipakai sebelumnya. Hasilnya sangat memuaskan. Penemuan ini telah dilaporkan juga sebagian pada kongres ilmiah European Society Cardiology di Dusseldorf (1984) dan American College of Cardiology di Annaheim, Amerika Serikat (Maret 1985). Penyelidikan-penyelidikan lebih jauh, memang banyak yang dapat dan masih perlu dilakukan. Sayang, hasrat ini terbentur keterbatasan dana dan fasilitas. Dalam buku disertasi (Bab X halaman 173-183) telah dikemukakan kedudukan teknik ekokardiografi kontras dengan teknis pemeriksaan jantung lain seperti Doppler, kateterisasi, pemeriksaan radionuklir (misalnya dengan Thallium) dan cara-cara canggih lain, yang bahkan di negara maju juga belum banyak ada serta mahal sekali. Ekokardiografi kontras tidak dimaksudkan untuk seluruhnya mengganti pemeriksaan kateterisasi. Keunggulan ekokardiografi kontras, secara umum, adalah karena teknik ini dapat noninvasif, aman, dapat dipercaya, penggunaannya mudah, relatif tidak mahal, dan alat yang dipakai dapat dipindah-pindahkan, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan di mana pun. Biaya pemeriksaan ekokardiografi kontras, umumnya, lebih murah dari biaya pemeriksaan dengan cara-cara canggih lainnya. Apa yang ditulis dalam disertasi saya, saya harapkan dapat menjadi sumbangsih bagi bidang kedokteran, khususnya pula, di Indonesia. Dengan ini pula, saya mengharapkan tulisan ini dapat mendudukkan persoalan dalam proporsi yang sebenarnya. Saya akhiri tulisan ini dengan mengulang suatu kalimat seorang ilmuwan yang saya kutip dari bagian paling depan disertasi saya: "To myself I seem to have been like only a boy playing on the sea-shore and diverting myself in now and then finding a smoother pebble or a prettier shell than ordinary, whilst the greatest ocean of truth lay all undiscovered before me. " DR. T. SANTOSO SUKAMTO Subbagian Kardiologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini