GOLKAR kembali lebih siap menghadapi Pemilu tahun depan. Sudah melangkah lebih jauh dari dua kontestan lainnya, Golkar bahkan telah sampai tahap menginventarisasikan nama-nama calon anggota DPR. Itulah antara lain yang dibahas oleh Dewan Pimpinan Pusat dengan 27 Dewan Pimpinan Daerah Golkar, dalam pertemuan yang berlangsung di Jakarta, Jumat pekan lalu. Sebanyak 3.700 nama masuk dalam daftar itu. Ini diperoleh setelah melalui seleksi berdasarkan data obyektif yang dimiliki DPP Golkar. Tak sulit, kata Sekjen Golkar Sarwono Kusumaatmadja, "Karena Golkar memiliki administrasi keanggotaan yang lumayan." Nama-nama itu diserahkan ke daerah-daerah, sebagai bahan diskusi. Tapi mengapa begitu banyak nama? "Kami memang memberikan kesempatan bagi daerah memiliki sebanyak mungkin pilihan," kata Sarwono lagi. Dari kemungkinan yang banyak itu, akhirnya nanti hanya 800 nama calon yang akan direkomendasikan sebagai wakil pemilihnya di DPR. Daftar nama itu, sejauh ini, belum diberi nomor urut. Nama siapakah yang masih bertahan, siapakah pula yang tergeser? Sarwono enggan menjawab. Yang terang, "Banyak wajah baru," katanya. Ia mengisyaratkan wajah baru ini akan mencapai 40% dari seluruh jumlah calon. Selebihnya masih orang lama yang selama ini memang sudah berada di lembaga legislatif. Golkar sendiri berharap memenangkan Pemilu dengan target sampai 70%, naik dari 63% pada Pemilu 1982. Mengapa cuma berharap tambah 70% ? "Buat apa naik banyak-banyak. Wong berat, kok," kata Sarwono. Perolehan suara diharapkan bertambah, misalnya, di Aceh. Yakni dari 37% pada pemilu 1982 menjadi 40%. Dan di Jakarta, dari 49% menjadi 55%. Tapi yang terang, "Minimal mempertahankan tingkat kemenangan yang lalu," kata Sarwono. Menurut Ir. Haditirto, Sekretaris FKP Golkar kini menduduki 62% kursi DPR. Jumlah itu akan ditingkatkan menjadi 70%. Dari 267 anggota DPR dari Golkar, 25 orang diangkat oleh Presiden. "Padahal, kelak tidak ada lagi pengangkatan anggota Golkar yang non-ABRI," katanya. Karena itu, katanya, wajarlah jika Golkar ingin menambah kemenangan, dari hasil Pemilu. Bagaimana dengan kontestan lainnya? "Kami telah menginstruksikan agar Dewan Pimpinan Wilayah mengisi daftar calon," ujar Mardinsjah, Sekjen DPP PPP. Dewasa ini, dari 360 kursi di DPR, hanya 94 milik PPP. "PPP juga ingin meningkatkan perolehan suara," katanya. Untuk itu, PPP akan melakukan "pendekatan umat". Yang terang belum punya persiapan sama sekali tentulah PDI. Sebab, masih ricuh perkara kepengurusan. Pemilu itu sendiri, menurut Menteri Agama Munawir Sjadzali, akan dipercepat dari rencana awal Mei menjadi sekitar 23 April 1987. Perubahan ini karena pada awal Mei itu sudah bulan puasa. "Perubahan ini sudah disetujui Presiden," ujar Munawir di Padang pekan lalu. Persiapan tahap awal Pemilu ini dinilai telah selesai. Lembaga Pemilihan Umum kini telah menyiapkan 3.489 ton kertas HVS, 906 ton kertas kartotheek, 3.550 buah mesin ketik 18 inci, dan 3.550 buah kalkulator. Bahkan, barang-barang bagi "pesta demokrasi" yang menelan biaya Rp 132 milyar itu sudah pula diterima di daerah-daerah. Di LPPU Pusat, di Jalan Matraman Raya, Jakarta, sudah siap 25 mesin ketik listrik, 26 unit mobil minibus, seperangkat komputer, serta empat teleks. Ini memang perhelatan raksasa, karena melibatkan lebih dari 3 juta orang sebagai panitia, termasuk saksi pada saat pencoblosan tanda gambar, di semua daerah pemilihan. Untuk Pemilu ini ada 12 tahap kegiatan, di antaranya 1 Mei-20 Juli 1986 masa pendaftaran pemilih. Menurut perhitungan sementara, kelak ada 97 juta lebih (97.043.532) pemilih dari hampir 164 juta penduduk. Adapun jumlah anggota yang dipilih untuk tiap daerah akan ditetapkan 9-23 Juli 1986. Kapan masa kampanye? Ini belum ditentukan, sebab ia tergantung kapan hari pemungutan suara, yang masih akan ditentukan dengan Keputusan Presiden. Yang terang, jumlah anggota DPR kelak bertambah dari 360 menjadi 500 orang. Mereka diharapkan dilantik pada 1 Oktober 1987. Sementara itu, telah terjadi berbagai kasak-kusuk. "Sekarang sudah banyak peramal," ujar Haditirto, "yang mengira namanya akan dipasang di nomor paling atas." Ya, biasa 'kan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini