TELEVISI Republik Indonesia kehilangan salah satu bidannya, R.M. Soetarto, 87 tahun, yang meninggal Rabu pekan lalu karena usia tua. Keesokan harinya, dengan upacara militer, tokoh perfilman Indonesia itu dikubur di Taman Makam Pahlawan Kalibata. "Sejak setahun lalu beliau sudah tidak pernah keluar rumah," kata Pangeran Baswendro, salah satu keponakannya.
Pada masa perjuangan sebelum RI merdeka, Soetarto dikenal sebagai juru kamera film dan juru foto. Film pertama yang dihasilkannya berjudul De Solosche Cultuur Film. Film berukuran 35 mm itu dibuat pada tahun 1937, dan diproduksi untuk Universal Picture Corporation.
Catatan prestasi pemegang tanda jasa Bintang Gerilya itu adalah mengambil alih Nippon Eiga Sha, yang kemudian dijadikan Berita Film Indonesia, pada 6 Oktober 1945. Pada 1958, Soetarto menjadi anggota Dewan Film Indonesia, dan dua tahun kemudian didaulat sebagai Ketua Pendiri TVRI. Tahun 1972, ia pensiun dari Departemen Penerangan.
***
DUNIA seni kembali berduka. Rustamadji, 80 tahun, pelukis kenamaan beraliran naturalis asal Klaten, Jawa Tengah, meninggal dunia 17 Maret lalu. Sebelum tutup usia, ia sempat menjalani perawatan selama empat hari di rumah sakit Islam di kota kelahirannya karena mengidap sakit ginjal dan gula.
Selain meninggalkan Ratna Sutri, istrinya, Rustamadji juga mewariskan puluhan karya seni bernilai tinggi. Untuk melestarikan karya itu, 1 Maret 2001 lalu keluarga dan kerabat dekatnya mendirikan Yayasan Seni Rupa Rustamadji. Seniman yang pernah mereguk ilmu di sanggar Pelukis Rakyat itu sempat menyaksikan pameran lukisannya pada Januari lalu, sekaligus untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-80.
Selain melukis, seniman yang menekuni dunia spiritual itu ternyata mahir juga membuat patung. Patung Potret Diri, salah satu karyanya, bahkan pernah diikutsertakan dalam pameran seni rupa internasional di Sao Paulo, Brasil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini