Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Meninggal Dunia

20 Mei 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah seorang ikon musik pop Indonesia berpulang. Charles Hutagalung mengembuskan napas terakhirnya, Senin, 7 Mei 2001, akibat stroke yang telah dideritanya sejak tiga tahun lalu. Senin itu, Charles sempat jatuh lagi. Dan dalam perjalanan dari rumahnya di bilangan Meruya Ilir ke Rumah Sakit Pertamina, Jakarta, ia meninggal. Charles meninggalkan Deli Sriati, istrinya, dan empat anak yang beranjak dewasa. Orang akan mengenang suaranya yang melengking tinggi ketika bernyanyi dalam lagu-lagu sederhana dan mendayu-dayu. Laki-laki kelahiran Medan, 14 Oktober 1948, ini sempat bergabung dengan grup band The Mercy?s bersama Rinto Harahap, Erwin Harahap, Rizal Arsyad, dan Reynold Panggabean. Band itu sempat menjadi idola anak-anak muda tahun 1970-an. Dengan rambut gondrong, celana lebar di ujungnya yang bisa ?menyapu? jalan, serta wajah keras khas Bataknya, Charles sangat mudah diingat. Lagu Mana Lagi jadi hit di mana-mana. Tiada Lagi dan Semua Bisa Bilang biasa dinyanyikan anak-anak muda Indonesia kala itu. Charles sebenarnya bergabung dengan The Mercy?s belakangan. Ia menggantikan Iskandar, yang absen sebagai pemain organ saat The Mercy?s akan melakukan pertunjukan ke Penang, Malaysia. Saat itu Charles sudah mulai dikenal orang sebagai pemain organ dan penyanyi yang andal kala masih bergabung dalam band Bhayangkara, Medan. Tidak dapat dimungkiri bahwa peran Charles ikut membesarkan The Mercy?s, hingga mereka harus berpisah sendiri-sendiri pada 1978. Charles pun masih rajin bersolo karir sampai akhir hayatnya. Tercatat 30 album rekaman The Mercy?s telah diluncurkan dan ratusan karya Charles Hutagalung bergulir di masyarakat penggemar musik pop Indonesia.
***
Bram ?Aceh? Titaley, si Buaya Keroncong, menutup lembar hidupnya pada usia 88 tahun, Selasa, 8 Mei lalu, di Rumah Sakit Tebet, Jakarta. Usia uzurlah yang membawa kakek penyanyi Harvey Malaihollo ini menghadap Tuhan. Esok harinya, ia dikebumikan di Pemakaman Umum Mentengpulo, Jakarta. Bram lahir di Kutaraja, Aceh, 4 Maret 1913. Karena itulah ia mendapat julukan Bram ?Aceh?. Anak bungsu dari empat bersaudara pasangan Paulus Titaley dan Vientje ini awalnya tidak menyangka bakal menjadi penyanyi keroncong terkenal. Ayahnya sebenarnya tentara yang bertugas di Aceh. Tapi di tengah disiplin yang kuat, si ayah tetap berkesenian. Sering kali Paulus Titaley aktif di bagian musik ketentaraan. Mungkin dari sinilah mengalir darah seni dalam diri Bram. Bakat musik si ?Aceh? ini terasah karena kerap kali ia ikut dalam kegiatan menyanyi di gereja. Laki-laki yang bernama asli Abraham Titaley ini adalah salah seorang ?tempo doeloe? yang sempat merasakan keramaian ?Pasar Gambir?, yang telah lama tiada. Bram juga pernah punya kenangan khusus tentang pasar ini, karena di situlah ia memulai karirnya sebagai penyanyi keroncong. Lagu keroncong kesukaannya?dan terkenal?juga bernama sama: Keroncong Pasar Gambir. Bram Titaley meninggalkan istri tercinta, yang kini berusia 72 tahun, 6 anak, 21 cucu, 21 cicit, serta kenangan manis atas keroncong Indonesia.
***

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus