Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Meninggal Dunia

Nani Arnasih, Istri Ali Sadikin, meninggal dunia di RS Cikini, dalam usia 57 thn, akibat serangan kanker hati. Almarhumah yang dikenal sebagai pemrakarsa berdirinya bank mata, korneanya langsung diambil.

22 Februari 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

* Bekas Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, awal pekan ini, berkabung. Nani Arnasih, yang mendampingi Ali Sadikin selama tiga dekade, meninggal dunia di RS Cikini, Jakarta, Senin siang lalu. Nani, yang diserang kanker hati yang ganas itu, pada saat-saat terakhir ditunggui oleh suami dan keempat anaknya. Jenazah Nani, 57, Seninsore itu juga dibawa pulang ke rumah duka, di Jalan Borobudur 2, Jakarta Pusat. Di sana sudah berkumpul puluhan pelayat. Bekas Kapolri Jenderal (pur.) Hoegeng termasuk datang paling awal, dan ikut sibuk mengabarkan berita duka ini ke RRI dan TVRI. Juga hadir Gubernur DKI Soeprapto, bekas Gubernmur DKI Tjokropranolo, Menperdag Rachmat Saleh, Menaker Sudomo, Ketua Ikadin Harjono Tjitrosoebono, Pengacara Adnan Buyung Nasution, Penyair Rendra. Presiden dan Ibu Tien Soeharto mengirim karangan bunga duka cita. Menjelang malam, semakin berjubel warga Ibu Kota yang datang melayat. Dengan bersandal jepit, Ali Sadikin menerima ucapan bela sungkawa yang tak putus-putus. "Saya ikhlas melepas dia, kasihan kalau dia terlalu lama menderita," kata Bang Ali kepada tetamunya, dengan mata yang berkaca-kaca. Nani, alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya, menikah pada 1954, tak lama setelah menggondol titel. Ali, waktu itu, juga baru tamat sekolah marinir di AS. "Dia tidak banyak menuntut, dan sangat penuh pengertian," kata Bang Ali mengenai istrinya. Kanker hati yang diderita Nani diketahui sekitar setahun yang lalu. Dan sudah berkali-kali ia berobat di RS Cikini. Setelah diopname di Rumah Sakit Groningen, Belanda, awal Desember 1985, diketahui kanker yang diidapnya dari jenis yang ganas. "Sayang, dokter-dokter Belanda sudah semua angkat tangan," cerita Boy Bemadi, putra sulung Ali Sadikin. Karena secara medis sudah tak dapat ditolong, Nani dibawa kembali ke tanah air, tiba di Jakarta 21 Desember, dan langsung masuk RS Cikini lagi. Tetapi, orang-orang yang bezuk amat banyak. Hanya tiga hari di RS Cikini, Bu Nani dibawa pulang. Bang Ali terpaksa berbohong, dengan mengatakan istrinya dibawa berobat ke Bandung. "Supaya yang menengok berkurang, dan Ibu bisa beristirahat total," cerita Boy. Sebelum pulang ke rumah, Nani menerima kiriman seuntai bunga anggrek dari Ibu Tien Soeharto. Dalam keadaan tidak sadar pada 12 Januari, Nani kembali diangkut ke RS Cikini. Mulailah media massa memberitakan keadaan fisiknya setiap hari. "Sejak itu, kami sudah sulit mendengar ucapan beliau. Kami menghiburnya dengan membacakan ayat-ayat suci Quran di samping beliau," ujar Boy dengan sedih. Biarpun seorang dokter gigi -- dan masih tetap praktek tatkala suaminya menjadi gubernur -- Nani dikenal sebagai pemrakarsa berdirinya Bank Mata, pada 1968. Ia pun temmasuk donor mata. Ketika penyakitnya sudah kronis, Nani tetap mengingatkan keluarganya bahwa ia tetap donor mata. Senin petang, keinginan Nani sebagai donatir terpenuhi. Tim dokter mata dari RS Mata Aini, Jakarta, di bawah pimpinan dr. Istiantono, mengambil kornea mata Nani. Operasi berlangsung setengah jam, dan tanpa kesulitan. "Keadaan mata Bu Nani sangat baik, dan tak ada risiko bagi reseptor," kata dr. Istiantono. Jenazah Almarhumah dimakamkan di pekuburan Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Selasa siang pekan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus