* Keraton Yogyakarta kehilangan seorang tokoh tari klasik. Minggu pagi lalu, Gusti Bandoro Pangeran Haryo (G.B.P.H.) Soeryobrongto meninggal dunia, karena tekanan darah tinggi. Penyakit yang sudah menyerangnya sejak empat tahun lalu itu kambuh pekan lalu. Tokoh budaya ini, yang juga sekretaris pribadi Sultan Hamengkubuwono IX untuk urusan keraton, dibawa ke RS Panti Rapih. Yogya, tapi jiwanya tak dapat ditolong lagi. Almarhum, yang lahir dengan nama Raden Alpasuatmin, adalah putra ke-23 dari 41 putra Sultan Hamengkubuwono VIII. Pada zaman pergerakan, ia juga dikenal sebagai pejuang, bahkan memimpin laskar rakyat wilayah Mantrijeron. Tahun 1949, ia ditawan Belanda di Semarang. Di masa remaja. Almarhum sudah aktif di bidang kebudayaan. Ia dikenal sebagai penari Gatutkaca dalam setiap pementasan wayang orang. Tokoh ini sampai akhir hayatnya menjabat ketua Dewan Ahli Yayasan Siswo Among Bekso, sekolah tari klasik Keraton Yogyakarta yang terkenal itu. Tahun 197, Almarhum mendapat hadiah seni dari pemerintah. Setahun setelah itu, ia mendirikan grup kesenian Suryakencana, yang bermarkas di rumahnya, terpisah dari Siswo Among Bekso. Tahun lalu, ketika ia sudah lumpuh, dalam suatu wawancara dengan TEMPO, Soeryobrongto mengemukakan cita-citanya untuk mengembangkan dan mendokumentasikan tari klasik gaya Yogya agar tidak punah. Idenya ini dilaksanakan putranya dengan mendirikan ketoprak fari, suatu adegan ketoprak yang ditarikan dengan mengambil unsur tari wayang menak dan wayang orang. Almarhum meninggal dalam usia 71 tahun dan dimakamkan di pemakaman Hasta Rengga. Kotagede, Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini