Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Hanoman yogya di susut london hanoman yogya di sudut london

Sudarsono ketika berkunjung ke india office libraruiol, london, menemukan naskah wayang eong yang ditulis th 1781. penemuan ini penting, upaya meluruskan sejarah wayang wong yang dikenal th 1845.(ilt)

19 Januari 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANOMAN di pentas wayang orang abad ke-18 ternyata lebih "manusiawi" dari yang kita saksikan sekarang. Dan naskah wayang vong sudah ditulis pada 1781, bukan 1845 - angka "resmi" yang disukai selama ini. Itu ditemukan Sudarsono ketika secara tak sengaja bertandang ke India Office Library (IOL), London, November 1984. Pekan lalu, penemuannya itu diumumkan. IOL, yang terletak d bagian selatan Kota London, terbukti menyimpan sekitar 25 naskah kuno Indonesia, terutama Jawa. Jarang sekali orang Indonesia datang ke situ. "Saya sendiri terdorong oleh faktor kebetulan," ujar Sudarsono, kepala Proyek Javanologi Departemen P&K kepada TEMPO. Kisahnya, doktor yang juga dikenal sebagai pemain wayang orang itu di undang pemerintah Belanda untuk membicarakan program bantuar proyek yang dipimpinnya. Jadwal tiga minggu, termasuk melihat-lihat naskah kuno di Universitas Leiden, ternyata selesai dalam dua minggu. Sudarsono kemudian menyeberang ke Inggris, atas tanggungan Kementerian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Belanda, yang mengundangnya. Di British Museum, yang menyimpan 50 naskah kuno Jawa, Sudarsono mendapat petunjuk, ada satu perpustakaan lagi yang banyak menyimpan naskah kuno Indonesia yaitu IOL. Sampai di sana, ia terkesima tatkala membaca katalog dengan nomor naskah IOL JAV. 19. "Di situ hanya tertulis wayang," katanya bercerita. Setelah diteliti lebih saksama, ternyata naskah wayang orang, yang merupakan naskah paling tua yang diketahui sampai sekarang. Naskah itu naskah Arjuna Murca (Hilangnya Arjuna), setebal 300 halaman, dan kalau dimainkan akan memakan waktu tiga hari tiga malam. Tidak jelas penulisnya, tapi tercatat naskah itu disusun sejak 17 November 1781 sampai 2 Januari 1782. Dengan penemuan ini, "Saya ingin meralat tahun 1845 seperti yang pernah saya tulis," kata Sudarsono, Pembantu Rektor I Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta. Meraih gelar doktor dari Universitas Michigan, AS, 1983, dalam disertasinya yang berjudul Wayang Wong in the Kraton Yogyakarta, Sudarsono memang menyebutkan naskah tertua wayang orang dibuat pada 1845. Disertasi itu diterbitkan tahun lalu oleh Gadjah Mada University Press dengan judul Wayang Wong, the State Ritual Dance Drama in the Court of Yogyakarta. Kesimpulannya tentang tahun 1845 itu, katanya, "Sesuai dengan hasil penelitian di Keraton Yogya, dan dari pelbagai wawancara." Memang tidak ada perubahan prinsipiil yang diakibatkan penemuan ini. Tetapi, sebagai upaya pelempangan sejarah, ia tetap penting. Naskah 1782 itu polos, tidak dihiasi perada seperti pada naskah 1845. Kelainan lain: naskah itu menggambarkan bentuk-bentuk topeng para pemain. Wajah Hanoman, raja kera itu, misalnya, digambarkan sangat lembut, mirip manusia. Disebutkan pula dalam naskah itu, cerita ini disusun atas perintah langsung putra mahkota Sultan Hamengkubuwono I, yang kemudian menjadi Sultan Hamengkubuwono II. Sudarsono yakin, temuannya mi merupakan lakon ketiga wayang orang. Lakon pertama adalah Gondowardoyo, yang dimainkan pertama kali pada 1758-1759, kemudian lakon Joyo Semadi, yang dimainkan sekitar 1780. Kedua lakon itu belum ditemukan naskah tertulisnya. Perkiraan Sudarsono ini dibenarkan R.M. Dinu Satomo, 44, guru "tari halus" Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Menurut cucu Hamengkubuwono VIII itu, "Wayang orang dipentaskan pertama kali setelah Perjanjian Gianti, 1755." Lakonnya tentang perang saudara antara Gondowardoyo dan Gondokusumo, sesama putra Arjuna. Buktinya, konon, tertera dalam Serat Babad Nitik. Apakah kita akan berusaha meminta naskah kuno itu melalui pemerintah Inggris? "Tidak perlu," kata Dr. Daru Suprapto, ketua Jurusan Sastra Nusantara Fakultas Sastra UGM, kepada TEMPO. Menurut dia, "Malah untung naskah itu diboyong Thomas Stamford Raffles," - letnan gubernur jenderal Inggris di Jawa, 1781-1826. Kitabelum memiliki sarana dan teknologi tinggi untuk melindungi naskah kuno. "Dana yang ada hanya mampu untuk membeli kamper, sekadar mengusir kacoak dan rayap," katanya berkelakar. Sudarsono sependapat. Masalah iklim juga turut menentukan keawetan naskah-naskah tua itu. "Kalau diserahkan kepada kita, saya malah khawatir kita tidak sanggup merawatnya," ujar sarjana sejarah UGM 1962 itu. Karena itu, ia hanya berusaha mendapatkan mikrofilm semua naskah tua Indonesia yang bertebaran di 21 negeri, antara lain, di Inggris, Prancis, Amerika Serikat, dan terutama Belanda. Usaha itu sudah dirintis melalui kerja sama dengan pemerintah Belanda. IOL ternyata tidak hanya menyimpan Arjuna Murca. Di perpustakaan yang pernah ditinjau Pangeran Charles itu juga terdapat naskah tentang wayang gedog, tembang wayang ong, naskah riwayat pembuangan Hamengkubuwono II ke Sri Lanka, dan Babad Diponegoro. Juga ada naskah tentang kerajaan luar Jawa, misalnya Sriwijaya. "Naskah-naskah itu terawat rapi, dan ditangani secara profesional," kata Sudarsono, yang baru sekali berkunjung ke sana. Memang ada beberapa naskah yang sudah hancur, tapi masih bisa dibaca. Soalnya, kepingan-kepingan naskah itu direkatkan kembali, kemudian diberi lapisan plastik. "Kesadaran merawat benda kuno di sana sangat tinggi," katanya menambahkan. Proyek Javanologi sendiri setiap tahun akan mengirim empat tenaga ahli untuk memperdalam kebudayaan Jawa dan mempelajari naskah kuno di Belanda Program ini merupakan bagian dari perlanllan kerla sama lima tahun dengan pemerintah Belanda, yang dimulai sejak 1984. Di samping itu, pada pertengahan tahun ini akan datang Prof. S.O. Robson, ahli sastra Jawa yang diperbantukan Belanda pada ProyekJavanologi untuk langka waktu lima tahun. Di Yogyakarta, lembaga yang berkantor di Museum Sonobudoyo itu tengah mengerjakan 60 penelitian. Terutama tentang pertunjukan tradisional Jawa, dan penyimakan naskah-naskah kuno keraton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus