NAMANYA tak banyak dikenal generasi muda sekarang. Tapi bagi mereka yang bergerak pada tahun 1966, Eri Soedewo tak terpisahkan dari kesatuan aksi. Dialah yang ikut memimpin Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI). Dan rumahnya yang dulu di ujung Jalan Imam Bonjol, Jakarta, selain sering dipakai untuk rapat kesatuan aksi, juga dikenal sebagai dapur umum nasi bungkus dengan nama "Dewi". Banyak teman dekatnya meratapi kepergian Eri, yang meninggal Jumat pekan lalu, dalam usia 65, terserang kanker hati. Dialah yang dua hari sebelum Proklamasi Kemerdekaan dipilih sebagai ketua dan memimpin perjoangan mahasiswa Prapatan 10, dan menjadi anggota KNIP mewakili mahasiswa. Lalu pada Maret 1946 bertugas sebagai dokter Batalyon Soeharto dari Yogya ke front Karawang - Bekasi, dan April 1948 oleh Menhan diperintahkan menyelundup ke Banten untuk mengoper komando Brigade Tirtayasa. Kariernya sebagai dokter pertempuran pernah berhenti ketika ia diangkat menjadi kepala staf Divisi Siliwangi, September, 1949. Namun, di awal 1952, ia kembali ke profesinya, dan mulai bekerja di Bagian Bedah RSPAD - kini RS Gatot Subroto. Di tempat itu pula jenazah Mayjen (pur.) Prof. Dr. Eri Soedewo disembahyangkan selepas salat Jumat. Siang itu, Presiden Soeharto sempat memberi salam terakhir, sebelum Almarhum dikuburkan di TMP Kalibata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini