UNTUK kelima kalinya IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, meluluskan doktor. Kamis pekan lalu Husnul Aqib Suminto mendapatkan predikat "baik untuk disertasinya Politik Islamu Pemseritah Hindia Belanda. Orang kelahiran Sedayu, Surabaya, 50 tahun yang lalu, ini merupakan orang Indonesia pertama yang membahas Kantoor voorlladsche Zakel (kantor untuk urusan dalam negeri Hindia Belanda). Dr. Karel Steenbrink. guru besar di Universitas Leiden, Belanda. yang didatangkan sebagai salah seorang penguji, memuji pemilihan topik disertasi ini. "Yang dilakukan Suminto merupakan pertama kalinya," katanya. "Orang Belanda sendiri mungkin malu mengungkapkan soal ini." Suminto, tamatan Pesantren Tunggul, Lamongan, lulus dari IAIN Jakarta. 1968, dan pernah menjadi dekan Fakultas Ushuluddin di institutnya, menyiapkan disertasinya selama empat tahun. Bukan hanya buku-buku yang dirisetnya di Negeri Belanda, tapi juga surat-surat dinas dan pribadi yang menyangkut Kantoor voorlladsche Zakel itu. Maka, disertasinya cukup asyik dibaca. Bukan hanya data dan fakta ada juga diceritakan kasus-kasus. Misalnya bagaimana Snouck Hurgronye, ahli Islam Belanda yang "menaklukkan Aceh" itu, berhasil mukim di Mekah. Ternyata, karena ia mengganti namanya menjadi Abdul Gaffar. Juga dikisahkan bagaimana lembaga itu perlu ikut campur dalam hal pendirian masjid baru di Amuntai. Ayah enam anak dan anggota Pimpinan Majelis Ulama Indonesia ini pun dikenal sebagai pendakwah dan pengkhotbah. Dalam sidang, ia santai dan memberikan jawaban diselingi humor. Disertasinya setebal 357 halaman dalam waktu dekat akan diterbitkan LP3ES.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini