Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Mereka Pilihan Tempo

22 Desember 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI ketiga kalinya kami menulis laporan khusus tokoh pilihan sebagai edisi penutup tahun. Mereka tidak selalu datang dari latar yang sohor dan riuh—yang wajahnya bertaburan di media massa. Mereka juga hadir di sudut-sudut Indonesia yang sunyi, seperti sebagian tokoh yang kami suguhkan pada nomor ini.

Kami memilih dengan cara pandang ini: mereka telah melakukan sesuatu yang positif, yang menerbitkan inspirasi. Bahasa ”heroik”-nya: mereka turut merawat Indonesia ke arah yang lebih baik.

Pada 2006, kami menyiarkan sejumlah tokoh muda yang mempersembahkan hidupnya bagi orang banyak. Setahun kemudian, majalah ini memunculkan tujuh tokoh yang kami pandang konsisten dan giat memerangi korupsi, kolusi, dan nepotisme di institusinya. Tahun ini, sepuluh bupati dan wali kota berprestasi kami putuskan sebagai tokoh pilihan 2008.

Ide memilih birokrat daerah sebagai tokoh Tempo kami tentukan dalam rapat kerja redaksi di Anyer pada akhir 2007. Tugas sebagai penanggung jawab edisi khusus ini kami percayakan kepada M. Taufiqurohman, Redaktur Pelaksana Kompartemen Ekonomi. Ketua proyek adalah Budi Setyarso, magang redaktur utama di Kompartemen Nasional. Ia dibantu Adek Media Rosa sebagai koordinator. Riset foto menjadi tugas Bismo Agung.

Namun sesungguhnya edisi khusus ini dikerjakan oleh seluruh tim Tempo. Dari calon reporter sampai pemimpin redaksi, dari unit pendukung seperti perpustakaan, sekretariat, hingga bagian umum. Semua menyumbangkan ide dan tenaga.

Memilih birokrat bersih sekaligus berprestasi bukan perkara mudah. Kami meminta masukan dari Departemen Dalam Negeri, Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah, serta Kamar Dagang dan Industri. Kami memelototi data sekunder. Juga meminta verifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi serta Kejaksaan Agung—walau kedua lembaga ini ternyata tidak memiliki database semua bupati.

Fokus utama kami adalah pemimpin, bukan daerahnya. Kebetulan Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah baru menyelesaikan survei. Isinya antara lain menilai kapasitas kepala daerah di seluruh Indonesia. Dari berbagai sumber itu, kami memperoleh daftar berisi hampir seratus orang.

Syarat pertama, mereka tidak boleh pernah terlibat perkara korupsi. Hanya lewat pemindaian di Google, puluhan nama rontok. Kami memang tak punya toleransi untuk persyaratan ini: kepala daerah yang terlibat kasus korupsi langsung kami coret walau daerahnya maju.

Akhirnya, terpilihlah 10 bupati dan wali kota. Kami lalu mengirim reporter ke daerah mereka. Budi Setyarso berangkat ke Tarakan, Adek Media ke Gorontalo, M. Nafi ke Makassar, Irfan Budiman ke Badung, dan Yandi Rofiandi ke Sragen. Sapto Pradityo kami berangkatkan ke Jombang, Sunudyantoro ke Blitar, Philipus Parera ke Solo, dan Bagja Hidayat ke Yogyakarta. Ramidi, yang fisiknya paling kokoh, kami kirim ke Luwu Timur, kabupaten yang—mengutip istilah Andi Mallarangeng—terletak di selangkangan Pulau Sulawesi.

Pembaca, edisi khusus ini kami kerjakan dengan sukacita. Semoga tokoh pilihan kami dapat melahirkan inspirasi bagi Anda. Kami berharap dan percaya, para kepala daerah yang datang dari berbagai belahan Indonesia itu akan teguh merawat kebersihan hati serta prestasi mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus