Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iklan Exxon Menyesatkan
IKLAN ExxonMobil pada Tempo edisi 8-14 Desember 2008 menyampaikan sejumlah pendapat yang tidak tepat. Exxon menyatakan, secara historis, eksplorasi hanya dilakukan pada lapisan dangkal. Perlu diingat, Santa Fe telah menjajaki lapisan dalam pada awal 1990-an dan menemukan lapangan minyak Mudi, kira-kira satu dasawarsa sebelum ExxonMobil menjadi pemain di daerah tersebut pada tahun 2000.
Demikian pula PT Humpuss Patragas, yang mulai beroperasi di Cepu pada 1990, sudah mengidentifikasi prospek pada lapisan dalam, termasuk prospek Banyu Urip, Jambaran, Alas Tua. Prospek-prospek tersebut telah dicantumkan dalam plan of development lapangan Kemuning & Alas Dara yang diajukan dan disetujui Pertamina pada 1994. Exxon juga menyebut pengeboran dilakukan dengan metode baru. Padahal pengeboran semua lokasi di Banyu Urip memakai data seismik, dan ini bukan metode baru.
Dalam reklame itu juga ada grafik sebagai ilustrasi bisnis berbasis lingkungan. Kesimpulan dari grafik itu adalah perusak lingkungan tak lain dari karbon dioksida yang mengakibatkan perubahan iklim dan pemanasan global. Dan ini sumbangan negara-negara non-OECD alias negara-negara miskin. Padahal, sudah dibahas di dunia internasional, penyumbang karbon dioksida tak lain dari negara-negara kaya yang sudah melakukan emisi sejak abad-abad lalu.
Dengan demikian, Exxon telah menyampaikan informasi kurang lengkap melalui iklannya itu.
FRED HEHUWAT
Mantan Direktur Eksplorasi & Produksi PT Humpuss Patragas
Investigasi Tempo Terbukti
LAPORAN Tim Investigasi Tempo ternyata tidak main-main. Beberapa kasus yang menyangkut pejabat diplomatik, seperti pungutan liar di Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia dan penggelembungan biaya renovasi Kedutaan Indonesia di Singapura, diseret ke pengadilan korupsi. Saya menyarankan Tempo juga menginvestigasi bagian hilir Departemen Luar Negeri yang lainnya, yaitu 120 kantor ekstrateritorial. Di sini juga diduga banyak penyalahgunaan dan manipulasi. Salut untuk Tim Investigasi Tempo.
M.E.D. NGANTUNG
Setiabudi, Jakarta Selatan
Bensin Kenapa Masih Mahal?
HARGA bensin premium seharusnya turun lebih rendah lagi. Pemerintah per hari saja menarik untung dari masyarakat sebanyak Rp 33 miliar. Seharusnya pemerintah malu, rakyat yang langsung merasakan dampak dari krisis ekonomi global. Harga premium sebenarnya Rp 3.600 per liter, tapi mengapa pemerintah menetapkan Rp 4.830 per liter?
Harga bensin turun juga tak bikin rakyat gembira. Sebab, harga sembilan bahan pokok tetap saja mahal. Anehnya, pemerintah seperti tak peduli dengan realitas ini. Presiden dan Wakil Presiden tak berpikir untuk kepentingan rakyat. Cobalah, penuhi janji-janji kampanye 2004 lalu, bukannya gregetan ikut pemilihan lagi pada 2009.
ANASTHASIA NUGRAHAENY
Pamulang Timur, Tangerang
Hati-hati Beli Emas di Pasar Minggu
SAUDARA saya membeli emas di sebuah toko di Kompleks Pertokoan Robinson, Pasar Minggu, beberapa pekan lalu. Tapi berat emas tak sesuai dengan yang tercetak di kuitansi. Saudara saya membeli 20 gram seperti yang tertulis di kuitansi, tapi setelah ditimbang lagi beratnya hanya 19,2 gram. Ini jelas penipuan.
Saudara saya terbujuk membeli emas di sana karena penjualnya ramah sekali. Dia diajak mengobrol sambil tertawa-tawa dan penjualnya tak henti menyanjung. Tapi saat dia lengah itulah si penjual mengurangi berat emas. Polisi harus mengusut penjual-penjual emas bermotif penipuan seperti ini.
DINI KINANTHI
Lenteng Agung, Jakarta Selatan
Malulah Orang Hukum
KASUS Sistem Administrasi Bantuan Hukum menohok kita. Korupsi berada di Departemen Hukum sendiri. Apakah gaji tak cukup untuk hidup? Serakah amat, sih? Dunia hukum kita sudah ternoda. Tapi saya masih berharap ada sosok yang bisa mereformasinya dengan tuntas dan segera. Para pelaku kasus korupsi di lembaga hukum harus dihukum secara berat agar jera.
WISNU WIDJAJA
Tegal, Jawa Tengah
Hati-hati Bujukan Investasi
SAAT ini banyak sekali produk derivatif yang spekulatif yang merugikan konsumen. Rupiah juga terpuruk oleh produk investasi macam ini. Bank Indonesia harus segera bertindak terhadap produk yang hanya akal-akalan menipu nasabah.
Saya membaca koran, saat ini, ada 3.000 nasabah yang terjebak produk derivatif macam itu. Uang mereka tentu tak sedikit karena investasi di sini minimal US$ 5.000. Bank Indonesia harus segera memeriksa dan, jika terbukti spekulatif, produk semacam ini segera dihentikan dan pelakunya diberi sanksi. Krisis baru dimulai dan mungkin akan berlanjut terus.
WASIYAH
Bantul, Yogyakarta
Ponsel Tertinggal di Taksi
SAYA naik taksi Celebrity pada 4 Desember 2008 dan turun di Bendungan Hilir. Sial, telepon seluler Nokia N6300 saya tertinggal. Teman saya berusaha mengejar, tapi taksi itu sudah hilang entah ke mana. Lalu saya hubungi kantor Celebrity, tapi operator di sana mengatakan hanya sebagian taksi Celebrity yang dilengkapi radio panggil. Walhasil, lenyaplah ponsel saya itu.
Saya pernah ketinggalan ponsel juga di taksi lain. Tapi tak sampai satu jam ponsel saya kembali. Namun, di Celebrity, upaya operator untuk membantu saya menemukan kembali ponsel pun tak ada.
TRI WIDIANA ERNAWATI
Cilandak, Jakarta Selatan
Nasihat untuk Pejabat
SETIAP hari media memberitakan kekerasan dan kebrutalan serta perusakan fasilitas umum. Bukan hanya masyarakat umum, aparat dan mahasiswa yang katanya intelektual itu pun melakukan hal yang sama. Ampun, menonton tayangan itu saya merasa seperti hidup di zaman paleolitikum. Anehnya lagi, tak ada antisipasi atau solusi apa pun untuk mencegah hal itu terjadi. Kekerasan terus berlangsung setiap jam.
Solusinya mungkin ini: mahasiswa berdemonstrasilah kalau memang perlu. Di luar negeri, yang berdemo memang cuma buruh yang hanya punya otot. Mahasiswa jarang berdemo karena mereka berpikir panjang dan punya saluran dengan menulis. Boleh berdemo, tapi jangan merusak fasilitas publik.
Untuk pejabat atau aparat, sering-seringlah berdialog dengan masyarakat. Berikan solusi. Banyaklah membaca keluhan warga, mengetahui apa yang terjadi di masyarakat, lalu bertindak dengan membuat solusi. Sebab, membuat solusi adalah tugas Anda semua sebagai pejabat.
PANDU SYAIFUL
Duri, Riau
Protes Pengusaha Pompa Bensin
PENGUSAHA pompa bensin menyatakan keberatan atas keputusan pemerintah menurunkan harga bensin secara mendadak. Mereka mengaku rugi. Pemerintah beralasan, jika penurunan harga diumumkan jauh-jauh hari, bensin ditimbun, sehingga menjelang tanggal harga turun, bensin jadi langka. Dalam hal ini, saya mendukung keputusan pemerintah. Pengusaha memang cuma mau ambil untung.
Ketika harga naik, mereka diam. Ketika harga turun, yang disyukuri oleh orang banyak, mereka malah memprotes. Bisnis itu ada risikonya. Kerugian pengusaha pompa bensin tak seberapa dibanding penderitaan rakyat akibat harga bensin dan minyak yang tinggi. Dulu harga naik Rp 1.500, sekarang harga turun cuma Rp 500. Pengusaha mestinya masih untung seribu perak. Tak perlulah protes-protes.
TEUKU FACHRI
Samarinda, Kalimantan Timur
– Redaksi menerima surat senada dari Ir Rahmat Gasminto di Joglo, Jakarta Barat.
Benahi Distribusi Elpiji
DI beberapa daerah, elpiji langka. Padahal masyarakat sudah mulai terbiasa memakai gas setelah minyak sulit. Kini elpiji langka pula. Kelangkaan ini membuat harga di tingkat pengecer melambung. Saya harap Pertamina membenahi jalur distribusi elpiji, sehingga masyarakat tidak menjadi korban. Terlambatnya pasokan gas elpiji menjadikan harga eceran di masyarakat semakin mahal. Prinsip ekonomi mengatakan tingginya permintaan membuat harga semakin tinggi ketika pasokan barang berkurang. Demikian juga harga elpiji yang terjadi sekarang ini.
CUT ANGGI
Bogor, Jawa Barat
Soal Kelangkaan Pupuk
ADA beberapa kemungkinan penyebab kelangkaan pupuk yang terjadi saat ini: produksi terganggu, ada permainan spekulan, atau waktu pengirimannya ke daerah kurang akurat. Artinya, ketika amat dibutuhkan, tiba-tiba pupuk teralokasi untuk kebutuhan ekspor, sistem dan pola distribusi yang ada tidak mengikuti perubahan sistem yang cepat.
Beberapa studi tentang pola distribusi ini menemukan bahwa sistem distribusi pupuk terasa amat kaku dan cenderung mengikuti pola komando, amat jauh dari prinsip-prinsip persaingan sehat. Apakah kekakuan seperti ini yang menyebabkan terjadinya ”ekspor ilegal” pupuk ke luar negeri?
Kapasitas produksi pupuk pada 12 pabrik pupuk di Tanah Air saat ini mencapai sekitar 7 juta ton dengan pangsa terbesar di tangan PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) dan PT Pupuk Kaltim, masing-masing 2,26 juta ton (4 pabrik) dan 2,41 juta ton (4 pabrik). Pola distribusi dan penjualan pupuk dilakukan PT Pusri sebagai perusahaan induk dari enam BUMN pupuk di Tanah Air.
ANGGI ASTUTI
Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo