Belakangan ini kehadiran tenaga asing menjadi bahan perbin cangan nasional. Tapi tidak demikian yang terjadi di perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia, PT Freeport Indonesia. Kehadiran tenaga asing di tempat ini bahkan kian bertambah seiring dengan bertambahnya hari dan meningkatnya volume produksi. Diakui, kehadiran tenaga asing itu memang masih diharapkan dalam rangka alih teknologi. Namun kami, iengineerengineerr Freeport yang sudah bekerja ratarata 58 tahun, masih merasakan adanya ketimpangan dan perbedaan yang mencolok dalam beberapa hal. Umpamanya, seperti kesempatan untuk berkarier, gaji, fasilitas perumahan dan kendaraan, dan kesempatan ke luar negeri. Dalam menapak karier, mereka senantiasa lebih diutamakan, sekalipun dalam beberapa hal kami mampu bersaing. Pada posisi yang sama, tenaga asing akan menerima gaji dan fasilitas jauh lebih baik. Saya menyadari bahwa perusahaan kami sejak beroperasi cukup banyak dipegang oleh tenaga-tenaga Indonesia, sekalipun sebagaian besar bukan tenaga sarjana. Namun, bukan berarti tenaga engineer Indonesia selalu harus diremehkan. Dan keberadaan kami bukan lah suatu ancaman. Kami mengakui bahwa kami adalah staf perusahaan yang merupakan bagian dari manajemen. Kami menerima "keinginan" perusahaan untuk tidak menjadi anggota SPSI. Namun, siapa pun akan mengakui bahwa tak seorang pun yang akan menjamin nasib dan hak kami. Karena itu kami mengimbau Menteri Tenaga Kerja dan Perhapi kiranya berkenan memikirkan masalah ini. IR HENDRO WALUYO Mine Engineer PT Freeport Indonesia Tembagapura, Irian Jaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini