Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Nepotisme dalam Filsafat Jawa

Wajar jika seseorang ingin anak dan karibnya mendapat kedudukan. Tapi ya jangan melanggar etika, hukum, dan kewajaran.

25 Agustus 2024 | 00.00 WIB

Surat Pembaca
Perbesar
Surat Pembaca

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA politik yang memanas akhir-akhir ini, bila dilihat secara filosofis, bisa mengundang senyum. Masyarakat Jawa, apalagi di masa lalu, melihat seseorang sebagai mitra kerja, pemimpin, dan bahkan jodoh melalui konsep bibit, bebet, bobot. Bibit sudah jelas. Bebet menyangkut kemampuan komunikasi, dinilai positif, disegani, dan dihormati oleh komunitas. Sementara bobot adalah kualitas, sikap, dan perilaku, termasuk kualitas edukasi, kematangan emosional, kecerdasan, dan kreativitas.

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus