Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Pelantikan dari boormeester ke dirut pertamina

Dilantik sebagai direktur utama pertamina menggantikan joedo sumbono. (alb)

23 Juni 1984 | 00.00 WIB

Pelantikan  dari boormeester ke dirut pertamina
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MENGENAKAN seragam Korpri, Abdul Rachman Ramly, 57, langsung menghadapi karyawan sebagai inspektur upacara dalam upacara bendera 18 Juni lalu, di halaman gedung Pertamina di Jalan Perwira."Assalamualaikum," katanya akrab, dibalas jawaban gemuruh hadirin. Pada hari pertamanya bertugas sebagai direktur utama Pertamina, Ramly memanfaatkannya untuk berkenalan lengan pegawai dikantor itu, sekaligus memberi perintah harian, di antaranya menciptakan manajemen yang terpadu dan terbuka untuk mencapai accountability dan auditibility. Hadirin bertepuk. Singkat, tak lebih dari lima menit dia berpidato. Memang begitulah Abdul Rachman Ramly yang menjadi direktur utama PT Tambang Timah, sebelum memegang tampuk tertinggi perusahaan negara yang dibebani menyediakan 70% dari devisa negara itu. Pertamina memang terlalu besar kalau dibandingkan dengan PT Tambang Timah, perusahaan negara yang lain, yang dipimpin Ramly sejak tujuh tahun lalu. Sepanjang tahun 1983, misalnya, nilai ekspor timah cuma US$ 338.542.000, masih berada di bawah devisa yang dihasilkan kayu, karet, atau kopi. Malah, ketika mula pertama Ramly memegang perusahaan itu, 1976, ekspor timah sedang merosot, dihantui ancaman Amerika Serikat yang akan melepaskan 35.000 ton cadangan timahnya. Selain itu, PT Tambang Timah ditemukannya dalam kondisi cukup runyam oleh berbagai kebocoran: mulai manipulasi mata bor sampai pengadaan barang bangunan gedung baru perusahaan itu, di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Langkah pertama yang dilakukannya ialah membersihkan perusahaan itu: beberapa pejabat dipecatnya. Baru dia mulai menyusun organisasi. "Bapak memang tak segan memecat, bila karyawannya menurut peraturan mesti dipecat," kata Soetopo, humas PT Tambang Timah. Namun, ternyata, tokoh berkumis tipis mirip aktor film India tahun 1950-an, Raj Kapoor, masih cukup populer di kalangan orang bawah di lingkungannya. Misalnya, 10 penjaga bola di lapangan tenis di samping Gedung Timah merasa kehilangan, begitu mendengar Ramly diangkat memimpin Pertamina. "Biasanya, kami masing-masing mendapat Rp 25.000 dan pakaian dari Bapak setiap Lebaran," kata Sukir, 26, seorang di antaranya. Setiap Selasa dan Jumat sore sekalipun tetap berpuasa - Ramly memang sering bertenis di sana. Tak pernah menang bermain tunggal, berpasangan dengan Alex Noya, stafnya, tahun lalu Ramly menjuarai turnamen di perusahaan itu. Tampaknya, Ramiy selalu berhasil membina kerja sama. Meski selalu tegas, ia selalu menjalin hubungan erat dengan pegawainya seakan sekeluara, seperti terlihat sepanjang bulan Ramadan ini. Halaman rumahnya, sebuah gedung besar berlantai dua di lingkungan Kebayoran Baru, ditutupi tenda untuk menampung sekitar 80 pegawai kantornya bersembahyang tarawih. Tapi kunci keberhasilannya di sana terletak pada kemampuan menciptakan dirinya sebagai pedagang, bukan pejabat - seperti dikatakan ketua Komisi VI DPR, Rachmat Witoelar. Pada masa sulit pasaran timah, Ramly memang melakukan tugasnya itu dengan baik. Hal ini mungkin ditunjang pengalamannya bertahun-tahun menjadi diplomat, mulai di Singapura, Hong Kong, dan New York. Dialah konsul jenderal di Singapura, yang pada tahun 1968 bersama Tjokropranolo, sekretaris militer presiden, menemui presiden Singapura guna meminta penangguhan hukuman mati terhadap dua anggota KKO. Gagal. Ketika harga minyak terus-menerus lesu sampai sekarang, rupanya, pilihan jatuh kepadanya. Yang jarang diketahui orang, pengangkatannya menggantikan Joedo Sumbono, seperti sudah dirintisnya sejak muda. Lahir dari keluarga santri di Langsa, Aceh Timur, ia menyelesaikan HIS, 1943, lalu memasuki Sekiyuko Jusaisho, sebuah kursus dasar tentang minyak yang dibuka Jepang di Pangkalansusu, daerah penghasil minyak di perbatasan Sumatera Utara dengan Aceh. Begitu selesai kursus delapan bulan, dan diangkat menjadi mandor pengebor (boormeester) di pertambangan minyak di daerah itu. Maklum, dia satu-satunya anak lelaki di rumah Pak Ramly, sang ayah, yang ketika itu opzicheer PU di Langsa. Tiga saudaranya semua wanita. Setahun setelah kemerdekaan, baru dia meninggalkan ladang minyak, dan mendaftar menjadi anggota Polisi Tentara - semacam CPM kini - di Langsa. Kariernya memang berkembang. Mula-mula, menyelesaikan pendidikan di Pusat Pendidikan Infanteri di Bandung dan kcmudian di ord Bragg (AS). Semasa di Bandung, dia mengenal Taty Suryati, gadis campuran Sunda-Jawa, yang kini jadi istri dan memberinya tiga anak. Awal 1962 dia terlibat Operasi Trikora. Dengan pangkat mayor, sebagai komandan batalyon di Manokwari, ia bertugas menumpas PVK, semacam pasukan sukarela Papua yang berpihak pada Belanda. Saat itu dia berkenalan dengan Mayor Benny Moerdani, pemimpin Operasi Naga yang terkenal itu, di kawasan Merauke. Pimpinan mereka selaku panglima Mandala adalah Mayor Jenderal Soeharto, kini presiden RI. Belakangan, Abdul Rachman Ramly masih ikut dalam Operasi Kopur di Sumatera semasa Dwikora, yang dipimpin Ali Moertopo. Tapi, sebelum menjadi pimpinan PT Tambang Timah, Ramly bertugas di Bakin. Akhirnya, mayor jenderal yang tak banyak bicara itu mengulangi pekerjannya di ladang minyak. Cuma, kini dia bukan lagi seorang boormeester.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus